WARGASERUJI – Kapan dan di mana seseorang menemui takdir kematian, berada dalam lingkup pengetahuan Tuhan. Tidak hanya kematian, bahkan semua peristiwa semenjak alam semesta diciptakan, sudah di tangan Tuhan, tertulis dalam Lohmahfuz.
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (QS Al An’am:59)
Manusia merasa telah melakukan sesuatu karena kehendak dirinya. Padahal, tiada kehendak pada diri manusia sudah tertulis dalam Lohmahfuz.
Mati terbunuh, mati bunuh diri, mati karena sakit, atau mati mendadak, semuanya sudah dalam lingkup takdir Allah. Contoh yang paling dekat dengan kematian adalah ketika tidur dan bangun.
Orang “hendak tidur”, merasa dirinya bisa “menidurkan diri”. Padahal, tidur itu diluar kesadaran dirinya. Allah yang menidurkan. Allah juga yang membangunkan dari ketidaksadaran.
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS Al An’am:60)
Allah mengutus malaikat mencabut nyawa setiap manusia, tak ada yang lalai atas tugasnya. Namun, malaikat hanya tahu sesuai perintah kapan dan di mana ia harus mencabut nyawa setiap manusia. Entah orang itu mati tenggelam, bunuh diri, atau kecelakaan, malaikat tidak mengetahuinya.
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS Al An’am:61)
Manusia menduga, kematian seseorang itu karena hukum alam, seperti tertimpa bencana alam. Manusia menduga pula, dengan hukum alam yang ia gunakan bisa mencelakai manusia lain, seperti dengan senjata. Yang tidak manusia sadari, hukum alam adalah sebagian dari hukum Allah juga.
Selain itu, kehendak manusia juga sesungguhnya bagian dari takdir yang telah tertulis. Manusia tidak sadar, bahwa apa yang dia kehendaki sudah tertulis di Lohmahfuz.
ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلاهُمُ الْحَقِّ أَلا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ
Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat. (QS Al An’am:62)
Itulah, lingkup takdir kematian ada di tangan Tuhan. Namun, manusia tidak bisa menggunakannya sebagai alasan menghindar dari siksa Allah. Balasan di akhirat sesuai dengan apa yang diperbuat, tanpa bisa dibantah.