SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Pengobatan Alternatif Totok Punggung, Dilihat dari Sisi Medis

Pengobatan Alternatif Totok Punggung, Dilihat dari Sisi Medis

Pada umumnya, dokter segan membicarakan pengobatan alternatif. Hal ini disebabkan ilmu kedokteran merupakan disiplin ilmu yang dibangun berdasarkan logika-logika kedokteran yang berlaku di dunia barat, serta kode etik yang mengikat. Begitu pula menurut dr. Ririn Ahdiyati, sebelum akhirnya dipertemukan dengan pengobatan totok punggung dengan takdir Allah.

Pada April, 2016, dr. Ririn Ahdiyati, seorang dokter yang saat itu sedang melanjutkan studi dokter spesialis di FK UI, tiba-tiba merasa mudah sesak, walau hanya sekedar naik turun tangga. Akhirnya, atas desakan beberapa kolega, ia periksakan diri ke sebuah rumah sakit. Kemudian oleh dokter diminta untuk cek MRI jantung, karena diduga terkena penyakit jantung.

Gejala penyakit jantung sebenarnya sudah dirasakan sepuluh tahun sebelumnya, berupa rasa berdebar-debar tanpa sebab, namun dianggap hanya sekedar gejala biasa. Termasuk ketika kemudian rasa nyeri di dada sebelah kiri saat kuliah kedokteran.

Dokter yang memeriksa, spesialis jantung lulusan Jerman dan kebanggaan rumah sakit, memvonis dr. Ririn Ahdiyati terkena penyakit jantung genetik. Penyakit langka yang membuat ventrikel jantung sebelah kiri hanya berfungsi 37%, sedang yang kanan masih 90%. Tidak bisa disembuhkan, bahkan dengan operasi sekalipun. Si penderita divonis bisa mati kapanpun secara mendadak.

Sang Dokter, karena penyakit langka, meminta dr. Ririn Ahdiyati menjadi sukarelawan untuk diteliti penyakitnya. Tentu saja dr. Ririn menolak, dan memutuskan berhenti berobat.

Di tengah vonis dokter yang seakan menentukan nasib hidup mati seseorang, dr. Ririn kemudian teringat bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah. Manusia hanya bisa berikhtiar, berusaha semampunya. Jika dunia kedokteran sudah “putus asa”, apakah tidak ada ikhtiar lainnya?

Maka, dr. Ririn Ahdiati mencoba pengobatan alternatif. Walau tidak sejalan dengan logika kedokteran di kepalanya, tetap ia coba. Toh, vonis sudah dijatuhkan.

dr. Ririn kemudian diterapi totok punggung oleh Ustadz Abdurrahman. Pertama kali ditotok, rasa sakit bekas totokan tidak hilang sampai tiga hari tiga malam lamanya. Namun, badan terasa enak. Maka, ia teruskan sampai delapan kali terapi.

Pada kali ke delapan, setelah diterapi rutin dua kali seminggu, berdebarnya hilang, nyeri di dada berkurang jauh, juga sesak berkurang jauh. Hingga hari ini, dr. Ririn Ahdiyati bisa beraktifitas seperti biasa, bahkan membuat klinik yang memadukan ilmu kedokteran yang dimilikinya dengan terapi totok punggung.

Keberanian dr. Ririn Ahdiyati memadukan terapi totok punggung dengan ilmu kedokteran karena selain mengalami sendiri, juga berdasarkan riset yang dilakukan, sehingga terapi totok punggung bisa diterima secara logika kedokteran modern.

Secara anatomi, punggung adalah pangkal peredaran darah dan syaraf sebelum ke organ-organ di seluruh tubuh. Oleh karena itu, jika terjadi gangguan berupa sumbatan pembuluh darah di punggung, maka fungsi organ yang berada di ujung akan terganggu.

Penyumbatan pembuluh darah itu sendiri sudah dikenal di dunia kedokteran. Contoh yang dikenal masyarakat adalah penyakit stroke, berupa penyumbatan pembuluh darah ke otak yang menyebabkan lumpuh sebelah. Sedangkan penyumbatan pembuluh darah yang menuju organ-organ lain juga mengakibatkan penyakit lain, seperti gagal ginjal, diabetes (pangkreas), dan lain-lain.

Mengapa bisa tersumbat? Banyak hal penyebabnya. Cara hidup (life style) yang tidak sehat sehingga terlalu banyak menumpuk lemak dan gula menjadi salah satu sebabnya. Sebab-sebab lain juga banyak.

Sedangkan totok punggung yang bisa mengobati penyakit-penyakit berat, bisa dijelaskan melalui konsep self healing mechanism (mekanisme penyembuhan diri sendiri). Tubuh manusia secara otomatis akan memperbaiki diri sendiri jika sel-selnya rusak, seperti saat luka di kulit yang berangsur-angsur pulih. Self healing mechanism dapat terjadi asalkan nutrisi dan oksigen dapat tersalur dengan baik melalui pembuluh darah yang lancar tanpa tersumbat.

Sebaliknya, organ-organ juga akan tidak berfungsi atau bekerja normal apabila kekurangan energi yang berasal dari nutrisi dan oksigen yang diantar melalui darah. Akibatnya, akan timbul gangguan. Semakin lama terjadi, organ akan rusak karena tidak terpakai dan tidak mendapat asupan untuk mengganti sel-sel yang rusak.

Tidak hanya teori, beberapa pasien dr. Ririn dengan penyakit berat seperti diabetes melitus, berangsur membaik dengan terapi totok punggung di titik pembuluh darah yang menuju pangkreas. Tentu, tidak seketika penyakit hilang, ada proses yang perlu kesabaran. Selain itu, pasien yang terkena penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat perlu memotivasi diri untuk merubah diri. Jika tidak, penyakit akan kembali lagi.

Bagaimana dengan penyakit yang datangnya dari luar seperti virus dan bakteri? Terapi totok punggung bisa membantu dengan memberi rangsangan di titik-titik yang membangkitkan daya imunitas tubuh lebih kuat.

Dari beberapa uraian tersebut, bisa disimpulkan bahwa terapi totok punggung menjadi pilihan yang sangat masuk akal dari sisi logika kedokteran. Namun bukan hanya itu, terapi totok punggung punya keunggulan dibandingkan dengan terapi-terapi lainnya.

Keunggulan yang pertama, totok punggung sangat minim efek samping. Bisa untuk siapa saja, usia berapa saja, kondisi apapun bahkan bagi ibu hamil atau orang tua renta. Keunggulan yang kedua, terapi totok punggung sangat mudah dipelajari, dan oleh penemunya  (Ustadz Abdurrahman) dianjurkan disebarluaskan tidak boleh disembunyikan. Keunggulan yang ketiga, bisa mendeteksi penyakit atau potensi penyakit sebelum semakin berat.

Dari ketiga keunggulan ini, tidak ada salahnya jika dipelajari semua keluarga di Indonesia, sebagai salah satu cara ikhtiar untuk hidup sehat dan berkualitas.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER