Kemungkinan besar Jokowi menemukan ide pindah ibukota lebih tepat jika dikaitkan dengan kekalahan sekutu Jokowi, Ahok dalam pilkada DKI. Lalu, tindakan Gubernur Anies memberhentikan reklamasi teluk Jakarta, sebuah skala bisnis ribuan triliun, tidak sejalan dengan pemerintahan Jokowi yang ingin hal itu terus berlangsung.
Saya tidak pernah pula membayangkan Sandiaga Uno berucap soal perubahan jika merujuk siapa dia 20-an tahun lalu. Dia dan seorang sahabatnya, mantan menteri perdagangan era SBY, via saya, meminta bertemu dengan staf khusus kepala BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) di hotel Dharnawangsa. Lalu mereka ketemu membahas bagaimana peluang mereka masuk dalam bisnis akuisisi perusahaan yang ditangani BPPN. Saya mendengarkan mereka cuma bicara uang dan uang.
Sambil menunggu keputusan Jokowi, lembaga saya, Sabang Merauke Circle, nasibnya diujung tanduk, karena Sabang dan Merauke mungkin saja hilang, tinggal Circle nya saja.
Seberapa jauh soal monyet ini memerangkap alam bawah sadar kita? Mudah-mudahan cuma segelintir orang atau aparatur saja. Jika meluas, perlu edukasi anti rasisme di sekolah-sekolah. Jika segelintir, harus dibawa ke aparatur hukum. Semoga orang-orang Papua memaafkan kami. Setidaknya memaafkan saya yang non Papua. Mungkin saya lah monyet itu.
Entah mengapa di kepala Jokowi tentang prioritas pemindahan ibukota isu utama pada pidato tahunannya di DPR/DPD RI, 16 Agustus lalu. Padahal persoalan pokok bangsa kita saat ini adalah remuknya rasa persatuan nasional.
Ben dan diplomat baru tersebut tidak habis-habisnya terkejut. Bagaimana bisa pemimpin bangsa sebesar Indonesia mengangumi sosok pembunuh 2 juta orang Yahudi di kamar-kamar gas beracun dan musuh dunia, khususnya barat yang dianggap paling beradab.
Logika memindahkan ibu kota ke luar Jawa dalam situasi pembangunan yang timpang (sekitar 60% investasi tetap di Pulau Jawa sampai saat ini), adalah lebih kepada 'lips service' alias propaganda politik saja.
Kebencian pendukung Jokowi terhadap orang Minang ditantang di dunia maya. Para nitizen mengatakan "Silakan kalau tak mau makan nasi Padang, tapi apa gak rind
Fenomena emak-emak menggerakkan perubahan sosial dalam beberapa tahun belakangan ini adalah fenomena super hebat. Dimana seandianya Kartini masih hidup, dia tidak perlu membanggakan gadis Belanda sebagai referensi. Cukuplah sosok emak-emak yang fenomena saat ini, sebagai contoh teladan.
'Predicting the present' adalah pendekatan baru, via Big Data. Pendekatan lama adalah 'predicting the future', via survei dan quick count. Biarkanlah Denny JA menulis masih mengutip Karl Popper tentang Angsa Hitam, tentang falsifikasi. Ilmu verifikasi dan falsifikasi adalah kebanggaan orang-orang sains. Tapi itu dulu. Sekarang era Big Data, ilmu kebanggaan semua.
Pada umumnya, dokter segan membicarakan pengobatan alternatif. Hal ini disebabkan ilmu kedokteran merupakan disiplin ilmu yang dibangun berdasarkan logika-logika kedokteran yang berlaku di dunia...
WARGASERUJI - Menulis adalah menyimpan, menyimpan kenangan. Karena menulis adalah mewariskan, mewariskan sejarah. Maka jangan ada dusta di setiap huruf yang ditinggalkan. (eaaa) Apalagi...
Menjaga kejujuran sangatlan penting, sedangkan memelihara kebohongan adalah perbuatan jahat yang akan menghancurkan diri sendiri.
Orang yang berbohong lantas bertobat dengan cara mengakui kebohongannya dan...
Kudis yang dalam bahasa medis disebut scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yang bernama Sarcoptes Scabeiei varian Hominis. Kudis bisa...