WARGASERUJI – Dalam politik, makian itu lumrah. Semakin buruk lawan, semakin merasa di atas angin. Itulah mengapa politik sering berseberangan dengan jalan dakwah yang mesti dengan hikmah.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl : 125)
Menyeru manusia kepada jalan Tuhan itu tidak dengan target agar semua sadar dan mendapat petunjuk. Tidak sama sekali. Berbeda dengan politik, harus terkonversi menjadi dukungan untuk meraih kekuasaan. Dari sisi ini saja jelas, mana yang ikhlas dengan yang tidak.
Bahkan, ketika sudah meraih kekuasaan, politikus banyak menggunakannya demi mereguk hal yang lebih besar daripada yang direguk pemilik kekuasaan sebelumnya. Sebabnya, selalu ada keinginan untuk mempertahankan kekuasaan, jangan sampai berpindah tangan. Itulah sifat politik, sifat “balas dendam” kekuasaan.
Di jalan dakwah berbeda. Diperintahkan untuk bersabar, dan jauhi sifat balas dendam berlebihan.
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (QS An-Nahl : 126)
Tatkala perah Uhud, banyak korban dari kaum muslimin yang terbunuh dengan cara yang keji. Maka, ketika penaklukan Makkah, banyak yang ingin membalasnya dengan balasan yang lebih berat. Namun, diperintahkan Allah untuk memilih bersabar. Kalau pun ingin membalas, balaslah dengan yang setimpal.
Rasulullah dan para shahabatnya berada di jalan dakwah. Maka, atas perintah Allah dan atas pertolongan-Nya bisa berlaku sabar. Andai hanya sekedar urusan politik, pasti akan mudah sakit hati dan sempit dadanya karena tipu daya lawan politik.
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلا بِاللَّهِ وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS An-Nahl 127)
Apa yang digariskan Allah dalam Al Quran dan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah, bisa menjadi pelajaran bagi semua untuk mengutamakan kesabaran. Dengan cara itu, hati menjadi lapang dan tidak mudah bersedih lantaran sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Barangkali, jika pun berpolitik, bisa menjadi politik hikmah.