WARGASERUJI – Akhir-akhir ini indikasi Islamophobia muncul. Orang-orang yang ingin berkontribusi dan mencintai agama Islam bisa dituduh konservatif, fundamentalis, radikal, anti kemajuan, anti Barat, anti NKRI, dan fitnah-fitnah serupa. Begitu ucap Ustaz Adnin Armas.
Bahkan mengibarkan bendera tauhid dianggap serius untuk dilakukan investigasi. Sejumlah kampus disasar untuk menangkal paham radikalisme juga intoleransi. Memantau media sosial dosen dan mahasiswa sebagai warga perguruan tinggi. Sementara pemikiran Marxisme dan LGBT dipersilakan untuk dikaji.
Sepertinya apa yang terjadi di Indonesia, bercermin dari pandangan Barat. Dalam laporan pusat kajian Ras dan Gender Universitas California-Berkeley, menunjuk pada sejumlah sikap yang lahir dari serangkaian pandangan terhadap Islam. Islam adalah agama yang monopolitik (tunggal-kaku tanpa variasi) dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan realitas-realitas baru.
Islam juga tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan yang diajarkan agama-agama besar lainnya. Islam adalah agama inferior dalam pandangan Barat. Merupakan agama yang kuno, biadab, dan tidak rasional. Bahkan Islam dianggap agama kekerasan dan mendukung terorisme. Hingga wajar Islam merupakan ideologi politik yang buas.
Namun hal tersebut tidak boleh terus terjadi. Karena justru akan merusak persatuan antar umat beragama. Apalagi agama Islam merupakan agama mayoritas di negeri ini. Islamophobia hanya bisa dihentikan bila Islam diterapkan secara kaafah karena Islam berasal dari wahyu Allah yang membawa rahmat atas sekalian alam dan hukum yang fitrah, menentramkan, membawa damai.
Dibuktikan pada masa kepemimpinan Islam yaitu Khilafah. Seorang ulama dari Imam Mahzab Syafi’i bernama Al-Qarafiy berkata, “Sesungguhnya diantara kewajiban tiap Muslim terhadap kafir dzimmi (non muslim yang dilindungi dalam negara Islam) adalah berbuat lembut kepada kaum lemah mereka, menutup kebutuhan kefakiran mereka, memberi makan orang yang kelaparan dari kalangan mereka, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, mengajak mereka bicara dengan kata-kata yang lembut, menanggung penderitaan tetangga dari mereka semampunya, bersikap lembut pada mereka bukan dengan cara menakuti, bukan pula dengan cara penghormatan yang berlebihan.”
“Ikhlas memberi nasihat kepada mereka dalam semua urusannya, melawan orang yang hendak menyerang dan mengganggu mereka, menjaga harta, keluarga, kehormatan, dan seluruh hak serta kepentingan mereka. Setiap Muslim bergaul dengan mereka sebaik mungkin dengan akhlak mulia yang dapat dia lakukan,” lanjut Al Qarafy.
Begitu pentingnya menyampaikan pemahaman tentang Islam ditengah-tengah masyarakat bahwa Islam ialah rahmat bagi seluruh alam bukan ancaman bagi kehidupan.
Oleh : Rindyanti Septiana S.Hi
Pegiat Literasi Islam & Jurnalis Muslimah Medan