Konflik di Papua hingga saat ini terus bergulir dan pemerintah masih terus berupaya untuk mengakhirinya. Kericuhan di Manokwari bermula dari serangkaian unjuk rasa kelompok mahasiswa Papua di berbagai daerah, yang diduga mendapat tindakan diskrimintaif dan rasis.
Kerusuhan juga terjadi di sejumlah daerah, antara lain Jayapura, Papua Barat, Sentani, Malang, Ternate, Ambon dan Bandung. Setiap aksi yang terjadi berujung pada kemerdekaan untuk Papua. Pasalnya, kemerdekaan Papua dapat menjadi celah yang lebar bagi penjajahan untuk melakukan disintegrasi Papua seperti Timor Leste.
Maka kerusuhan di Papua bukan kerusuhan biasa. Ada tujuan tertentu dari gerakan Papua merdeka yang menunggu momentum untuk memisahkan diri dari NKRI. Menurut Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UII) Komarudin Hidayat menyebut ada pihak-pihak yang merasa senang apabila melihat Papua dan Papua Barat terlepas dari NKRI. Ia juga menegaskan semua masyarakat Indonesia akan mengalami kerugian bila Papua terlepas. Dikutip dari cnnindonesia.com, 24/8.
Akar Masalah Konflik di Papua
Mantan calon wakil Presiden Sandiaga Uno menganggap wajar jika masyarakat Papua marah karena ketimpangan ekonomi yang ada tergolong memprihatinkan. Sandi menyebut tingkat kemiskinan masyarakat Papua delapan kali lipat dibanding warga Jakarta. Padahal, daerah mereka begitu kaya dengan berbagai jenis sumber daya alam.
Sandi merujuk kepada Badan Pusat Statistik (BPS). Dia mengatakan angka kemiskinan di Papua hampir 60 ribu orang sejak tahun 2014 hingga 2018. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di Jakarta yang hanya 3,5 persen, jumlah penduduk miskin di Papua mencapai 28 persen. Sementara Papua Barat hampir 23 persen, cnnindonesia.com, 22/8.
Inilah yang terjadi pada Papua, kesenjangan sosial yang cukup jauh dibandingkan dengan ibu kota. Penyebabnya ialah penerapan sistem kapitalis yang berbuah ketidakadilan . Tuntutan keadilan yang selalu rakyat Papua suarakan sebagai bentuk protes, menuntut kehidupan yang layak bagi mereka.
Sejak tahun 1960-an muncul berbagai gerakan untuk memisahkan Papua dari Indonesia. Organisasi Papua Merdeka, salah satu gerakan separatis terpopuler di Papua. Bagai gayung bersambut, jalan kaum separatis kian dipermulus dengan dibolehkannya wartawan asing masuk ke wilayah Papua. Ini memungkinkan kejadian-kejadian yang dapat memperkuat kemerdekaan Papua disebarkan ke dunia Internasional.
Papua merdeka bukan solusi, justru memperkuat cengkraman Amerika. Kenapa Amerika? Beberapa anggota Senat AS secara terbuka mendukung separatisme Papua yang dilakukan OPM. Di London ada organisasi mendukung OPM. Jadi, OPM merasa mendapatkan dukungan dari LSM komprador di dalam negeri dan negara besar di luar negeri. Pada sisi lain, terkesan ada tindakan pembiaran oleh pemerintah.