WARGASERUJI – Intelektualitas Ibrahim diuji saat kaumnya menjadi penyembah berhala. Sangat tidak masuk akal menurutnya, bagaimana bisa patung dari benda mati memberi manfaat atau mudharat. Hingga perjalanan intelektualitas Ibrahim akhirnya mampu menemukan Tuhan.
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِhينَ
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. (QS Al An’am:75)
Ibrahim menguji hipotesis terhadap bintang, apakah bintang itu tuhan? Ternyata hipotesisnya salah.
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. (QS Al An’am:76)
Ibrahim menguji hipotesis kedua terhadap bulan, apakah bulan itu tuhan? Hipotesisnya salah lagi. Kemudian sadar bahwa butuh data kunci, yakni informasi dari Tuhan.
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (QS Al An’am:77)
Ketika sampai hipotesis yang ketiga, muncul kesimpulan bahwa apa yang diamati selama ini tak akan bisa menemukan Tuhan. Tuhan adalah yang tidak bisa diamati. Tidak seperti tuhannya orang-orang yang menyembah berhala.
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS Al An’am:78)
Tuhan yang ditemukan Ibrahim adalah pencipta segala yang ada. Ditemukan dengan cara menegasikan (me-lawankata-kan) atau menafikan apa yang dilakukan oleh orang-orang penyembah berhala.
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS Al An’am:79)
Intelektualitas Ibrahim ini menjadi contoh besar bagaimana seorang manusia mampu menggunakan akal pikirannya untuk menemukan Tuhan. Ibrahim memang dipilih Allah untuk menjadi kekasih-Nya, bapak para Nabi, dan contoh teladan dalam ketauhidan hingga akhir zaman.