WARGASERUJI – Saat ini di Indonesia, hampir di setiap masjid di kota-kota ada Taman Pendidikan Al Qur’an atau disebut TPA. Yang biasa digunakan sebagai alat belajar adalah buku Iqra’ yang legendaris karangan As’ad Humam dari Kotagede, Yogyakarta. Namun, apakah itu belajar Quran yang benar? Dengan atau tanpa tulisan?
Beberapa kasus ditemui, anak yang lulus buku Iqra’ kemudian melanjutkan membaca Quran, namun tidak didampingi ustadz yang berkompeten. Padahal, masih banyak bacaan yang keliru makhraj dan tajwidnya.
Maraknya TPA yang diadakan di setiap masjid memang menggembirakan. Namun, tidak diikuti dengan jumlah ustadz berkompeten yang memadai. Karena penyelenggaraan TPA masih dipegang relawan, bukan profesional, sehingga minat menjadi guru TPA sangat rendah. Yang mau pun tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
Kasus lain, ada anak yang memiliki cacat penglihatan, namun mampu menghafal beberapa ayat, dan kemudian membacakannya dengan sangat fasih, baik makhraj dan tajwidnya, walau tidak dengan membaca tulisan. Kebetulan, ia menghafal dengan mendengarkan rekaman murottal sheikh terkenal.
Mempelajari Al Quran dengan mendengarkan rekaman sheikh yang jelas punya kompetensi yang tinggi, memiliki beberapa keuntungan. Salah satunya, anak yang masih memiliki kepekaan, bisa menyerap bacaan yang benar. Setelah itu, akan mudah baginya untuk menirukannya.
Cara ini, yakni mendengarkan terlebih dahulu kemudian mengikuti bacaannya, tercantum dalam Al Quran, surat Al Qiyamah ayat 16-19
لا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.
Dalam ayat di atas, cara menguasai bacaan Al Quran adalah dengan mendengarkan bacaannya terlebih dahulu. Baru kemudian ikuti bacaannya. Proses ini berlangsung tanpa terburu-buru.
Dua kasus ini bisa dijadikan ide baru dalam mengajarkan Al Quran. Digabungkan saja. Setelah anak menyelesaikan Iqra’, lanjut berlatih menyimak Al Quran dari rekaman para qari’ (periwayat bacaan Quran). Baru kemudian, mengikuti bacaannya, sedikit demi sedikit.