Masing-masing calon presiden telah memilih calon wakilnya untuk berkompetisi pada pilpres 2019. Mereka tentu punya alasan tersendiri dalam menentukan pilihan terhadap pasangan yang akan mendampinginya. Dan yang pasti diharapkan dari calon pasangannya adalah kenaikan popularitas dan elektabilitas sehingga dapat terpilih menduduki kursi kepresidenan untuk periode 2019 – 2024 mendatang.
Jokowi memilih Ma’ruf Amin tentu dengan alasan Ma’ruf sebagai seorang ulama yang disegani punya banyak pengikut dan secara tidak langsung diharapkan mempu mengangkat popularitas dan elektabilitas Jokowi. Apalagi pemerintahan Jokowi selam ini diasumsikan sebagai pemerintah yang mengriminalisasi ulama. Setidaknya dengan menggandeng Ma’ruf kekurangan Jokowi selama ini bisa ditutupi.
Prabowo memilih Sandiago Uno dengan alasan tidak ingin suara ummat terbelah. Dengan alasan ini Prabowo berharap popularitas dan elektabilitasnya akan naik sehingga bisa memenangkan pilpres 2019. Dengan bekal didukung para ulama, Prabowo sudah punya bekal popularitas dan elektabilitas yang mumpuni sehingga kehadiran Sandi akan dapat lebih menaikkannya.
Perhitungan ini ternyata tidak jauh beda dengan hasil sebuah survei yang rilis oleh lembaga survei Indikator. Dari survei Indikator ternyata popularitas Cawapres Sandiaga Uno lebih unggul dari Ma’ruf Amin. Hasil survei yang dilakukan pada kurun waktu 1-6 September itu menghasilkan popularitas Sandiaga Uno mencapai 73 persen, sedangkan Ma’ruf Amin sekitar 70 persen.
Publik tampak lebih optimis terhadap Sandiaga Uno ketimbang Ma’ruf Amin dalam konteks kesesuaian dengan kebutuhan bangsa. Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi menyampaikan bahwa Sandiaga memberikan efek elektoral lebih besar ketimbang Ma’ruf Amin.