WARGASERUJI – Andai Al Quran diturunkan dengan tulisan di atas kertas, pasti akan menakjubkan. Tapi, mengapa bukan?
Kalau pun diturunkan dengan cara menakjubkan, apa kemudian orang-orang kafir itu beriman? Kalau sudah menutup diri (kafir=menutup diri), mukjizat apapun tak akan membuka hatinya. Pasti akan cari-cari alasan untuk tidak mengimaninya.
Seperti dalam surat Al An’am ayat 7.
وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.
Mereka akan anggap itu sebagai sihir. Sama seperti ketika kaum kafir Quraisy meminta Nabi untuk membelah bulan. Ketika bulan benar-benar terbelah, mereka menuduh Nabi melakukan sihir. Dan ketika kemudian tak terbukti sebagai sihir, mereka tetap dalam kegelapan pikiran dan menolak kebenaran.
Namun, ada hikmah lain bahwa Al Quran tidak diturunkan dalam bentuk tulisan.
Al Quran diturunkan dalam bentuk bacaan yang dibacakan, terkadang langsung masuk ke dalam hati Rasulullah, terkadang dengan kondisi yang memberatkan hingga bersimbah peluh walau dalam udara dingin sekalipun. Kemudian, bagian per bagian dikumpulkan atas bimbingan Jibril a.s menjadi susunan seperti yang sudah disaksikan sekarang.
Keajaiban Al Quran tidak hanya dalam susunan kata dan hurufnya, melainkan juga dalam susunan “bunyi”nya. Al Quran adalah satu-satunya kitab yang sangat mudah dihafal. Tak ada buku lain yang sebanding dengan kemudahan untuk dihafal.
Bacaan Al Quran juga indah didengarkan. Banyak syair dalam bahasa Arab juga indah seperti Quran, namun bedanya Al Quran bukan syair. Isinya bahasa yang jelas.
Al Quran yang diturunkan kepada nabi yang ummi (tidak bisa membaca tulisan), dirancang tidak hanya indah dan rapi bacaannya, namun menakjubkan dalam sistematikanya. Jumlah kata-kata tertentu dalam Al Quran diatur dalam hitungan yang sempurna sehingga menegaskan bahwa tidak mungkin seorang makhlukpun yang bisa membuatnya.
Contohnya, ketika Allah menjelaskan tentang Isa yang lahir tanpa ayah. Allah menyamakannya dengan penciptaan Adam. Ternyata, kata “Adam” dan “Isa” di dalam Al Quran berjumlah sama. Apakah mungkin karangan Nabi Muhammad?
Semua ini menunjukkan bahwa Al Quran bukan karangan makhluk, tetapi datang dari dzat yang Maha Cerdas.