SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Mengapa Orang Membenci Kita?

Mengapa Orang Membenci Kita?

WARGASERUJI – Di dunia tempat kita hidup ini, pasti tidak semua orang menyukai dan menyayangi kita. Sebaliknya, pasti di dunia ini tidaklah semua orang membenci kita.

Karena terlahir sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial maka prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyakiti orang lain dan tidak melanggar aturan yang ada. Apalagi sebagai muslim, setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Lantas, mengapa orang lain bisa membenci kita? Bisa kita lihat dari dua sisi.

Pertama. Dari sisi manusia dan kebencian itu sendiri.

Beberapa sebab seorang membenci kita:

  1. Sikap buruk kita
    Tidak menutup kemungkinan kita pernah bersikap buruk (baik sengaja maupun tak sengaja) kepada orang tersebut. Bisa jadi kata-kata kita jahat, kita menyakiti hati orang lain, atau karena kita ceroboh yang berakibat merugikan orang lain, bahkan bisa jadi karena ambisi atau ego kita yang mana berujung menyakiti orang lain. Maka wajar jika ada orang yang membenci kita karena alasan tersebut.
  2. Sifat iri dan hasad
    Apabila kita sudah berusaha bersikap baik dan benar namun ada orang lain membenci kita, ada kemungkinan karena dia sendiri yang punya sifat iri atau hasad. Bisa jadi orang tersebut iri atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Dia tidak suka karena kita memiliki apa yang tidak ia miliki.
  3. Fitnah.
    Orang bisa saja membenci kita tanpa sebab karena fitnah yang dihembuskan oleh orang lainnya.

Sebuah kutipan pernah saya baca di Twitter, kurang lebih menyatakan bahwa sebaik-baiknya orang masih tetap ada yang membenci dan seburuk-buruknya orang masih punya teman. Karena itu, prinsip dasarnya adalah berbuat sebaik mungkin dan berusaha untuk tidak menyakiti siapapun. Apabila kita telah berlaku demikian, namun ada yang membenci, maka usahlah risau. Sebab, kelak di akhirat setiap orang hanya akan mempertanggunggjawabkan perbuatannya masing-masing beserta dampak yang ditimbulkannya.

Kedua dari sudut pandang yang lebih luas lagi, di luar kebencian dan manusia.

Bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini saling terkait dan terhubung satu dengan lainnya. Kehidupan kita atau apapun yang kita alami hanyalah sebuah elemen dari subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik kehidupan yang komprehensif dan sempurna. Singkat kata, kebencian adalah ujian. Ujian baik bagi yang dibenci maupun yang membenci.

Kembali lagi, muaranya adalah hisab di akhirat kelak.  Yakni di akhirat kelak yang dihisab adalah perbuatan kita sendiri bukan perbuatan orang lain terhadap kita.

Sesuai dengan firman Allâh Azza wa Jalla:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? [al-‘Ankabût/29:2]

Maka kesimpulannya dalam hal ini adalah berpegang pada prinsip “selama tidak melanggar aturan dan tidak menyakiti orang lain dengan sengaja, maka kita tidak perlu ambil pusing atas sikap orang lain kepada kita.”

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER