WARGASERUJI – Di Bekasi, ada SMP swasta yang hanya memperoleh dua siswa baru. Menurut pengelolanya, beberapa tahun ini mereka hanya menerima sedikit siswa. Mereka berencana melakukan demo karena merasa dianaktirikan. Apa sebabnya? Apakah benar sekolah swasta sekolah anak tiri?
Kalau menurut sekretaris Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly, Pemerintah Kota Bekasi pilih kasih terhadap pengelolaan sekolah negeri dan swasta.
“Kami minta pendidikan itu tidak ada dikotomi antara negeri dan swasta. Jangan perhatian setengah-setengah kepada swasta,” katanya, Senin (16/7/2019).
“Sekolah negeri tiap tahun dibangun, sekolah swasta dibangun oleh masyarakat tapi tidak dapat siswa karena siswa yang ada berbondong-bondong masuk sekolah negeri karena pemerintah kota janjikan gratis,” lanjutnya.
Mawardi selaku Kepala Seksi SMP Disdik Kota Bekasi menyatakan telah mengetahui bahwa sekolah-sekolah swasta banyak yang kekurangan siswa. Dirinya heran karena banyak siswa yang tidak terserap di sekolah negeri.
Di tingakat SMP, hanya 30 persen lulusan SD yang bisa terserap di sekolah negeri. Tentu sisanya cukup banyak bisa berpotensi ditampung di swasta.
Betulkah Sekolah Anak Tiri
Amanat Undang Undang jelas tidak membedakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sekolah negeri wajib dibiayai oleh negara, dan sekolah swasta dibantu oleh pemerintah. Namun, kenyataannya, sebagian nasib sekolah swasta cukup memprihatinkan.
Alokasi anggaran dari negara jelas berbeda. Sekolah negeri seluruhnya dibiayai, sedangkan sekolah swasta harus membangun gedung dan menggaji gurunya sendiri. Karena itu, sekolah swasta harus menarik biaya dari siswanya, padahal sekolah negeri digratiskan semua.
Ketika sekolah swasta kekurangan murid, bisa jadi karena lulusan SD memang lebih sedikit daripada daya tampung SMP secara keseluruhan. Sekolah-sekolah swasta seperti diarahkan untuk bersaing memperebutkan sisa-sisa.
Jawaban dari dinas pendidikan cukup sederhana, sekolah yang kekurangan siswa harus digabung dengan sekolah lain. Jawaban yang bisa diterjemahkan secara sarkastis agar sekolah itu tutup saja. Benar-benar mirip nasibnya seperti anak tiri.
Bagaimana Sebaiknya?
Sekolah swasta memang seperti dianaktirikan. Namun, bisa jadi mereka memang menempatkan diri sebagai anak tiri.
Beberapa sekolah swasta bisa maju dan berkembang pesat. Sistem pengelolaan dan pembelajaran jauh melampaui kualitas sekolah-sekolah negeri. Tentu, mereka menyediakan layanan yang berkualitas, sehingga berani menarik biaya yang cukup besar kepada orangtua siswanya.
Walaupun amanat Undang Undang menyatakan bahwa sekolah harus bernaung di bawah yayasan sebagai badan nirlaba, tetap tidak bisa dipungkiri ada yang mengambil keuntungan dari perkembangan sekolah swasta tersebut.
Negara tentu diuntungkan bila ada sekolah swasta yang maju. Namun, mereka bersaing secara bebas dengan sekolah swasta lainnya. Akhirnya, pasti ada yang kalah dan mati, tapi tidak terlindungi seperti sekolah negeri.
Mereka yang kalah, tak mampu mengembangkan diri. Akhirnya tak mampu meningkatkan kualitas yang pantas diterima sebagai sekolah berbayar. Tak juga bisa dibanggakan pemerintah. Barangkali, memang pantas dibuang, seperti anak tiri. Padahal, bisa jadi mereka berjuang lebih hebat daripada yang lainnya.
Andai seperti sebuah negeri kecil di Eropa yang disebut-sebut memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, maka tidak akan ada beda negeri maupun swasta. Satupun tidak ada yang boleh menarik biaya. Semua ditanggung negara. Semua punya standar kualitas setara, tidak ada sekolah swasta sekolah anak tiri. Apakah bisa diterapkan di negeri tercinta ini? Kapan?