Suatu siang yang panas di pesisir pantai utara, seorang nelayan muda dan ganteng (heleh) sedang bersantai menikmati angin panas yang bertiup. Tiba-tiba seorang menggebuk pundaknya dan membuatnya kaget!
Bray : cieee yang lagi santaiiii!
Bro (sambil elus-elus dada) : aduh Bray? Untung jantungku nggak copot! 😐
Bray : Sorry Bro. *nyengir kuda
Mereka ngobrol ngalor ngidul tidak jelas sampai pada bagian yang menarik untuk ditulis.
Bray : Ya ampun Bro, kamu tau nggak di sosmed lagi pada rame tuh membicarakan orang yang udah mati. Tapi bukan membicarakan orang mati-nya juga sebetulnya menurutku.
Bro : lha terus? *bingung
Bray : Gini lho Bro. Ada orang meninggal nih. Semasa hidupnya dulu doi memang terkenal sebagai orang yang menentang keras pada orang yang menentang miras. Selain itu doi juga sering bikin status di sosmed-nya yang sarkas pada muslim walaupun dia sendiri juga muslim katanya. Aku tidak bisa memastikan status-statusnya tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan atau menghina. Dan itu juga bukan urusan saya. Hehehe.
Bro : lha? *makin bingung
Bray : Terus Bro, ada banyak fenomena terjadi di dunia maya terkait hal ini. Tapi yang menarik menurutku adalah perdebatan antara orang yang tidak mau mendoakan dan orang yang tidak setuju dengan sikap tersebut. Biasa lah kalau dikerucutkan ujungnya adalah antara orang-orang yang berpaham liberal dengan orang-orang yang anti-paham-liberal, beserta fanboy masing-masing.
Bro : Terus?
Bray : mau bilang wow? Nggak usah! 😛 Para penganut paham liberal ini meminta mereka yang antiliberal untuk mendoakan yang meninggal tadi. Tidak usah lihat track recordnya. Bagaimanapun dia sudah meninggal, doakan saja.
Bro : Huwaahahaha!
Bray : Hei! Kenapa kamu ketawa?! *Bray melotot karena kaget tidak menyangka malah ditertawakan.
Bro : Liberalis takut tuh nanti kalau dia mati tidak didoakan oleh orang-orang mukmin. They are overackting. Bihiihihihk. 😛
Bray : Ya nggak gitu juga donk Bro. Kita sesama muslim kan harus saling mendoakan. Toh doa juga akan kembali pada yang berdoa. Ya kan?
Bro : Ya itu benar.
Bray : Jadi kita nggak perlu donk lihat track record dia semasa hidup. Tinggal doain aja kan? Gampang. Gitu aja koq repot!
Bro : Iya benar, mau berdoa tinggal berdoa saja, karena doa akan kembali pada yang berdoa. Tapi dalam kasus yang kamu ceritakan barusan, track record seseorang selama hidupnya, menunjukkan dia ada di posisi mana. Apakah di sisi orang-orang yang mencintai Allah atau di sisi orang-orang yang menentang Allah. Posisi inilah yang akan menentukan sikap kita. Mau mendoakan atau tidak. Kalau bagi orang-orang yang menentang Allah, doa kita percuma Bray. Lihat QS At Taubah ayat 79-80 deh. Di situ jelas. Mangkanya kamu jangan liberal, hahahaha! Biar doa orang mukmin bisa sampai ke kamu.
Bray : Lho koq kamu jadi ngejudge begitu Bro?
Bro : Ngejudge gimana Bray? Aku kan muslim, Bray. Segala sesuatu, ukuran baik-buruk dan salah-benarnya ada di Al Qur’an dan hadits. Jadi tinggal dikembalikan saja. 🙂
Bray : Memang aku bukan muslim Bro? *merajuk
Bro : Siapa yang bilang Bray?
Bray : …..
Bro : Ya mangkanya Bray, kalau muslim mah enak, nggak usah bingung dan galau Bray. Tinggal pakai Al Qur’an dan hadits. Beres. Jadi nggak usah bingung sama orang yang ngejudge kamu sebagai tukang ngejudge. 🙂
Bray : Wah! Iya ya Bro! Thanks ya! 🙂 Tapi Bro?
Bro: Kenapa lagi?
Bray : Kita ini begini ini, apa patut? Kita malah membicarakan keburukan orang yang sudah meninggal. Nggak kebayang, deh.
Bro : Kalau yang dibicarakan kebaikan-kebaikan semasa hidup dan jasa-jasa serta sumbangsihnya, gimana Bray? 🙂
Bray : Nah itu baru oke!
Bro : Tapi al Qur’an isinya juga kejelekan-kejelekan Firaun, Namrud, dan lain-lain lho, Bray? 🙂 Mereka kan udah mati semua.
Bray : Iya juga ya Bro. Menarik nih, kapan-kapan kita sambung lagi ya obrolan mengenai liberalisme ini. Saya mau pulang dulu.
Bro: Lah…
