WARGASERUJI – Sebuah pertanyaan bagi setiap muslim adalah bagaimana nasib kelak di akhirat. Percuma hidup di dunia dimuliakan manusia, tapi hina di akhirat. Apapun profesinya, kesempatan seharusnya sama. Muncul pertanyaan, bisakah anggota TNI mati syahid ketika yang dibela adalah Negara, bukan agama?
Mati dalam keadaan membela negara jelas akan menjadi pahlawan. Namun, apakah negara menjamin dirinya masuk surga? Tak ada jaminan. Kalau begitu, bagaimana dengan tentara Indonesia yang sebagian besar muslim? Mereka menjadi ujung tombak bangsa dan mempertaruhkan nyawa nya ketika negara berada dalam kondisi bahaya. Apakah tidak ada kesempatan anggota TNI mati syahid?
Sepertinya, itulah yang menjadi pemikiran masyarakat saat ini. Agama dan negara dibenturkan. Kasus Enzo Zenz Allie menjadi contoh cerminan pemikiran itu.
Oleh netizen, Enzo dipermasalahkan bukan kebangsaannya, melainkan karena diduga berideologi HTI. Sepertinya, netizen terlalu “sensi” dengan atribut yang pernah ditampilkan Enzo. Ini menjadi tanda, bahwa masyarakat sudah mulai khawatir ketika ada bau “Islam”. Artinya, gerakan anti radikalisme yang dihembuskan negara-negara Barat mampu mempengaruhi psikologi masyarakat.
Pancasila Dasar Negara Bagi Warga Beragama
Sila pertama Pancasila menegaskan bahwa warga negara Indonesia adalah orang beragama. Pancasila jelas melindungi pemeluk agama. Mempertentangkan Pancasila dengan agama adalah kobodohan.
Kalau masyarakat sendiri mencoba mempertentangkan, maka sungguh sedang menggerogoti pondasi negara. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan semangat jihad memperoleh hak sebagai bangsa. Para pahlawan dahulu tak segan mempertaruhkan nyawa, karena dilandasi perjuangan demi tanah air, bangsa, dan agama.
Memang, hari ini tidak ada perang dunia. Namun, setiap negara di dunia berlomba mengejar kepentingan politiknya masing-masing. Nyata terjadi perang, walau bukan fisik. Negara yang sudah terlanjur menjadi adi daya, tentu tak mau kehilangan pengaruhnya.
Termasuk Indonesia, menjadi sasaran eksploitasi kerakusan negara lain. Mereka tak ingin Indonesia dan umat yang mayoritas pemeluk Islam ini menjadi kuat sehingga mengancam mereka. Salah satu cara mereka, mencoba memisahkan agama dengan negara.
Jika keadaan dunia berlarut memburuk dan terjadi perang, siapakah yang menjadi garda terdepan bagi bangsa Indonesia kalau bukan TNI? TNI yang hebat layaknya para pahlawan kemerdekaan yang tak takut mati dengan semangat jihadnya.
Anggota TNI yang berjihad, anggota TNI mati syahid dengan gembira, adalah aset dahsyat NKRI. Mulailah dengan meneladani para pahlawan bangsa.
Jihad Karena Agama, Tumpah Darah dan Segenap Rakyat
Sederet pahlawan nasional tercatat dalam sejarah pembelaannya kepada rakyat. Mereka kaum radikal menurut pemerintahan kolonial saat itu. Radikal karena berani melawan penguasa, bahkan dengan perang dan senjata. Imam Bonjol hingga Cut Nyak Dien, menggelorakan perjuangan atas nama jihad. Membela agama dan rakyat.
Demikian pula perjuangan Pangeran Diponegoro. Tanah tumpah darah diinjak-injak dengan kesewenangan. Karena itulah ia melawan demi rakyat, demi tanah tumpah darah, demi agama.
Bahkan, tak ada kata yang tepat untuk disuarakan Bung Tomo, pejuang kemerdekaan yang melawan kembalinya kekuasaan kolonial di negeri ini, kecuali dengan teriakan takbir. Semangat membela negara yang berlandaskan keinginan membela rakyat, bangsa dan agama.
Akhir kata, sesungguhnya kesempatan anggota TNI menjadi seorang yang mati syahid sangatlah besar, selama Pancasila masih menjadi dasar negara, selama sila pertama tidak hilang darinya. Selama niat setiap anggota TNI meneladani para pahlawan yang membela rakyat, bangsa, tanah air dan agama.