WARGASERUJI – Orang musyrik menyangka dirinya selamat sampai kapanpun. Namun, nasib di akhirat berkata lain. Akhirat tempat setiap jiwa bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Orang musyrik tidak mampu membawa apapun menghadap Allah.
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَٰدَىٰ كَمَا خَلَقْنَٰكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَٰكُمْ وَرَآءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَٰٓؤُا۟ ۚ لَقَد تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنكُم مَّا كُنتُمْ تَزْعُمُونَ
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah). [Surah Al-An’aam,6:94]
Yang tidak disadari orang-orang musyrik adalah bahwa harta yang dikumpulkan berasal dari karunia Allah, sehingga tidak ada manfaatnya sama sekali di akhirat. Termasuk relasi-relasi di antara mereka yang dibangun berdasarkan kesamaan tradisi kemusyrikan.
Orang-orang musyrik menyangka di sisi Allah ada tuhan lain yang disembah, yang punya kedudukan dalam segala urusan. Tuhan-tuhan ini menurut mereka jadi tempat meminta pertolongan, keselamatan. Namun, saat menghadap Allah, tuhan-tuhan ini tidak hadir untuk membela mereka, melainkan hanya menjadi saksi atas keangkuhan dan kesesatan mereka.