WARGASERUJI – Para tokoh punya kedudukan tinggi di negeri. Kedudukan inilah yang menjadi barometer penilaian mereka. Maka, tak heran selalu menempati posisi sebagai penantang Rasulullah.
Ketika para tokoh bertanya kepada Rasulullah, pasti tentang kedudukannya, yaitu apa yang dimilikinya, apa yang diketahuinya, atau apa kemampuannya. Disebut tokoh hanyalah sebagai perumpamaan, karena merekalah penguasa negeri dan menjadi pembesar di atas rakyat kecil.
Apa yang dibawa Rasulullah jauh dari alat ukur mereka. Seorang utusan Allah tidak punya kewenangan apapun. Rasul hanya mengikuti wahyu. Rasul tak mengetahui yang ghaib bila tidak diberitahu. Rasul tak punya perbendaharaan langit dan bumi. Rasul juga tak punya kekuatan seperti malaikat.
Rasulullah hanya membawa argumen yang benar. Tanda-tanda kekuasaan Allah sudah terpampang jelas di langit dan di bumi. Hanya orang yang buta hatinya saja yang tidak mengakuinya.
Ketika para tokoh ini mencoba berdebat dengan Rasulullah, datanglah rakyat jelata menyela karena hendak mendengarkan ucapan Rasulullah. Para tokoh tersinggung dan berkeinginan mengusir rakyat jelata. Namun, Allah melarang Rasul mengikuti kemauan para tokoh ini.
Allah memperingatkan, bahwa Rasulullah tidak dibebani tanggungjawab atas para tokoh itu. Para tokoh juga tidak punya wewenang mengusir rakyat jelata yang hendak meminta petunjuk Rasulullah. Mengusir rakyat yang sedang mengejar ridha Allah adalah termasuk perbuatan yang zalim.
Allah menguji manusia dengan kedudukan yang dimilikinya, sehingga ketika Allah melebihkan orang-orang kecil, akan membuka keburukan hati para tokoh. Para tokoh itu menyangkal kalau orang-orang kecil yang mendapat keutamaan dan anugerah dari Allah.
Maka, Rasulullah diperintah menyambut orang-orang kecil yang beriman dengan ayat-ayat Allah, dengan ucapan keselamatan. Memberitahukan mereka bahwa Allah telah menetapkan pada diriNya kasih sayang, sehingga akan mengampuni dan menerima tobat orang-orang yang mengadakan perbaikan.
Dan telah berlalu para rasul Allah, selalu diikuti oleh manusia-manusia lemah dan teraniaya. Sendangkan para pembesar negeri bersikap angkuh. Mereka memandang hina para rasul dan pengikutnya. Mereka selalu menempatkan diri di baris depan sebagai penantang Rasulullah.