WARGASERUJI – Agama itu asalnya satu dari Tuhan yang satu. Pemahaman yang sesat selalu mengarah agar manusia menganggap agama yang benar itu tidak satu.
Bagaimana dengan dunia saat ini yang berisi banyak sekali agama dan aliran kepercayaan? Apakah hanya satu yang benar?
Kalau ukurannya benar atau tidak benar, bisa saja relatif menurut siapa yang menilai. Maka, ukuran yang tepat adalah dengan melihat mana yang diterima Tuhan, mana yang tidak. Bagaimana kalau Tuhan hanya menerima satu agama saja dan menolak agama lain?
Dari sejarah agama-agama, dikenal adanya agama samawi dan agama non samawi. Agama samawi punya jalur sejarah yang satu, yakni agama yang dibawa para nabi (utusan) Tuhan.
Nabi yang terakhir adalah Nabi Muhammad. Namun, pemeluk agama samawi sebelumnya ada yang tidak mau mengakui nabi terakhir. Mereka sudah terlanjur tersesat dan terbenam dalam keangkuhan golongan.
Artinya, agama samawi seharusnya hanya satu. Kalau kemudian terpecah belah, karena sebagian golongan mencampuradukkan dengan kepercayaan dari agama lain. Atau mengada-adakan sesuatu dalam agama tanpa dasar.
Maka, muncullah agama Yahudi dan Nashrani, menyelisihi agama Islam. Padahal, para nabi mereka beragama Islam.
Bukan berarti yang mengaku Islam itu langsung dianggap benar. Karena umat Islam sendiri bisa terpecah-pecah pula dalam beberapa golongan. Bahkan, keluar dari Islam tanpa mereka sadari.
Apakah orang-orang yang memecah belah agama itu menjadi tanggungjawab para Nabi di akhirat kelak? Tidak. Nabi hanya menyampaikan. Urusan hasilnya, apakah nanti umatnya berpecah belah, adalah urusan Tuhan.
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS Al An’am: 159)
Jika ingin selamat, ikutilah jalan yang ditempuh para nabi. Mereka tunduk dan patuh kepada apa yang diturunkan Allah, dengan tidak membuat-buat sesuatu tanpa dasar.