SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Anis Matta: Para Pendiri Bangsa Ini Adalah Pembaca yang Tekun

Anis Matta: Para Pendiri Bangsa Ini Adalah Pembaca yang Tekun

Dalam cuitannya di twitter melalui akun @anismatta,Selasa (24/4), mantan presiden PKS ini memotivasi follower nya untuk meneladani kegemaran membaca buku para pemimpin politik dan ulama pada masa perjuangan NKRI.

Politikus yang juga ustadz ini juga mengatakan bahwa para pendiri bangsa ini adalah pembaca yang tekun, bahkan ketika mereka dipenjara atau diasingkan di tempat-tempat terpencil sekalipun, buku selalu menemani. Dalam pelariannya Tan Malaka selalu membawa peti-peti berisi buku, ada kisah dia harus membuang bukunya ke laut atau menguburnya ketika dikejar musuh. Bung Hatta menikahi Bu Rahmi dengan mas kawin buku “Alam Pikiran Yunani” yang ditulsnya selama masa pembuangan. Pemimpin politik pada masa itu juga para kutu yang bergulat dengan filsafat, sastra dan pemikiran-pemikiran besar, kisah mereka bisa dibaca dalam buku Risalah Sidang BPUPKI-PPKI.

Anis Matta memulai tweetnya dengan mengingatkan kita akan pentingnya hari buku sedunia untuk terus menjaga budaya membaca sebagai bagian dari membangun learning society. Selanjutnya Anis Matta menceritakan beberapa buku yang mengesankannya dan diakuinya mungkin telah mempengaruhinya. Buku-buku tersebut adalah

Buku pertama, “Berpikir dan Berjiwa Besar”, karya David J. Schwartz, yang aslinya diterbitkan tahun 1859 di Amerika. Buku yang dibeli Anis Matta sewaktu masih kelas 2 SMP ini ditemukan kalimat yang memotivasinya “Berpikirlah besar, maka hal-hal kecil tidak akan menahanmu, berpikir tentang hal-hal kecil adalah tanda orang picik, tumbuhlah besar dengan memelihara pikiran-pikiran besar”.

Dalam buku lainnya karya Schwartz didapatkan kalimat self development “ lakukan semuanya dengan bersemangat, bicara, jabat tangan, cara bejalan, itu akan membuat pikiran anda segar dan terbuka”.

Buku kedua, “Bung Karno: Penyambung lidah rakyat” karya Cindy Adams, dibacanya waktu kelas 3 SMP yang dipinjam dari temannya. Buku tersebut diberi judul Penyambung Lidah Rakyat sebab Bung Karno berkata: Apabila aku meninggal dunia, kuburkanlah aku sesuai agama islam, dan di sebuah batu kecil dan sederhana tulislah “Di sini Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat”.

Buku ketiga, “Pribadi & Martabat Buya Hamka”, sebuah memoar yang ditulis oleh anaknya, Rusydi Hamka. Buku ini dibelinya di toko buku ketika SMA. Dia mengatakan bahwa buku ini adalah biografi yang jernih, selain tentang keteladan pembaca juga diajak membaca pergulatan pemikiran umat islam saat itu. Anis Matta menilai bahwa pemikiran islam, kondisi umat, politik nasional dan global, dan ketegaran pribadi dijelaskan dibuku ini tanpa menggurui.

Menurutnya ada episode sejarah yang patut kita ingat yaitu kesediaan Buya Hamka mengimami sholat jenazah Bung Karno yang konon merupakan permintaan terakhir Bung karno. Tanpa ragu Buya Hamka mengabulkan permintaan itu, walau beliau pernah dipenjara oleh Bung Karno. Ketika tindakan Buya Hamka ini dikritik karena Bung Karno dianggap terlalu dekat dengan kalangan komunis, Buya Hamka Mengingatkan jasa Bung Karno pada umat islam. Diantaranya adalah masjid Baiturrahim di kompleks Istana Negara dan masjid Istiqlal Jakarta.

Anis Matta yang juga pengamat internasional ini kagum dengan pribadi Buya Hamka yang seperti samudra, yang menurutnya tak akan cukup waktu untuk menyelaminya. Selain kepribadian Buya Hamka, yang sangat mempengaruhinya adalah struktur pengetahuannya yang lintas disiplin, ahli tafsir, fiqh, tasawuf, sejarawan dan juga sastrawan.

“itu adalah struktur pengetahuan ulama-ulama islam sejak lama, ilmu adalah satu kesatuan yang tidak boleh disekat oleh spesialisasi,” tuturnya.

Buku keempat, adalah buku berbahasa arab yang pertama kali dia baca “Serial Para Jenius Islam” yang ditulis oleh Abbas Mahmoud Al ‘Aqqad, seorang wartawan dan penyair Mesir. Seri ini membahas tokoh-tokoh jenius islam mulai dari Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Khalid bin walid. Buku ini dibacanya waktu kuliah yang dipinjamnya dari perpustakaan LIPIA tempat dia menuntut ilmu.

Terakhir dia mengajak para followernya untuk merayakan hari buku sedunia yang diperingati setiap tanggal 23 April dengan menularkan semangat membaca buku dan juga melontakan pertanyaan retoris “Bukankah ayat Alquran yang pertama kali turun adalah perintah membaca?”

 

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER