SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Zakat Produktif Berbuah Konsumtif, Mungkin?

Zakat Produktif Berbuah Konsumtif, Mungkin?

WARGASERUJI – Perlu diwaspadai bagi lembaga zakat terkait zakat produktif. Barangkali maksudnya bagus, namun zakat produktif berbuah konsumtif bila tidak dengan pendampingan yang memadai.

Disebut zakat produktif ketika berupa alat atau fasilitas agar seseorang bisa punya modal usaha. Seperti kata pepatah, berilah pancing jangan ikannya.

Terkadang, seseorang itu miskin bukan karena tak punya modal, namun karena tidak punya mental berwirausaha. Ketika diberi alat, tidak digunakan untuk berusaha dan menghasilkan, malah dijual atau digadaikan.

Setiap orang yang berusaha, selalu ada jalan. Rezeki tak mungkin lari. Masalahnya, mentalnya hanya meminta, bukan memberi. Jatuhnya, hanya jadi pemalas dan pengangguran. Isi ucapannya hanya keluhan-keluhan.

Beberapa kali bertemu dengan orang semacam itu. Tidak ada semangat untuk berusaha. Tapi, sangat semangat mencari jalan dapat bantuan.

Maka, jika zakat diberikan agar diniatkan meningkatkan harkat, perlu ada perubahan mental pada si penerima. Kalau tidak, pemberian hanya membuatnya manja.

Produktif atau Konsumtif?

Terus, siapa yang lebih cocok diberi zakat produktif? Ini yang cukup sulit dicari karena perlu observasi. Yang cocok diberi adalah orang-orang yang sudah berusaha, namun karena suatu kendala sehingga usahanya masih belum bisa meningkatkan taraf hidupnya. Kendala itulah yang dihilangkan dengan zakat produktif.

Kalau memang tidak bisa melakukan observasi yang cukup, juga tidak mampu melaksanakan pendampingan secara kontinyu, tak usah pakai nama zakat produktif. Cukup kata zakat harta, titik. Daripada dinamai zakat produktif namun akhirnya meleset jadi konsumtif, sehingga alat yang dibelikan menjadi jatuh nilainya karena dijual.

Lebih baik, berikan saja zakat konsumtif. Memang tidak secara langsung berupa alat produksi, namun bisa saja karenanya situasi keuangannya menjadi lebih “lega” sehingga tidak dikejar kebutuhan sehari-hari. Pada akhirnya punya kesempatan untuk mengembangkan usahanya.

Apalagi, zakat konsumtif juga sangat diperlukan oleh orang-orang yang memang secara mutlak sudah tidak sanggup berusaha sendiri seperti para jompo sebatang kara, anak yatim, atau para penyandang disabilitas yang tak punya akses untuk bekerja dan berusaha.

Jadi, zakat konsumtif ternyata bisa lebih bermanfaat, karena zakat produktif pun berbuah konsumtif.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER