SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Pejabat Publik

Pejabat Publik

Pejabat publik bukan posisi sembarangan.  Posisi pejabat publik seperti selebriti. Makin tinggi jabatannya dan makin strategis posisinya maka makin rajin orang melihat dan menilainya. Setiap gerak dan sikapnya diperhatikan publik. Ucapannya akan menjadi pembicaraan dan bahkan mimik mukanya tidak luput dari perhatian. Sepatu, baju dan kacamata yang dipakainya tidak luput dari penilaian. Siapa teman jalannya, siapa disekelilingnya, semuanya akan dikupas publik sampai tuntas.

Sebegitunya jadi pejabat publik? Ya, itulah konsekwensinya jika ingin jadi pejabat publik. Baru mencalonkan diri jadi pejabat publik, orang sudah mulai mengulitinya. Publik mulai mencari asal usul calon. Ranji keturunannya sampai kemana? Mulai dari saudara, orang tua sampai kakek buyutnya akan ditelusuri. Kampung tempat lahir dan tempat dia dibesarkan tidak luput dari analisa.

Ketika jabatan sudah diperoleh, setiap waktu jadi perhatian. Mulai dari bangun tidur sampai kembali tidur dan bahkanbsampai bangun kembali para wartawan mengeksops setiap gerak geriknya dan publik selalu setia menunggu.

Sangat disayangkan jika ada ucapan yang salah atau sikap yang kurang baik. Publik langsung bereaksi. Media sosial akan penuh dengan umpat dan hujatan. Berbagai meme muncul dan langsung viral. Kadang tidak peduli itu hoax atau benar, yang penting sukai dan bagikan. Dalam waktu sekejap pejabat publik popularitasnya meningkat. Mulai dari yang muda sampai yang tua sibuk membicarakannya.

Baru baru ini medsos diramaikan oleh ucapan seorang pejabat tinggi kepolisian terkait pembakaran bendera tauhid.  Pejabat tersebut menyatakan bahwa yang bersalah adalah orang yang membawa bendera bukan si pembakar bendera.  Kata sang pejabat, jika orang tersebut tidak membawa bendera maka tidak akan terjadi aksi pembakaran.

Nitizen merespon pernyataan tersebut dengan membuat meme dan status di facebook, Whatsapp dan twitter.  Isinya membully sang pejabat.  “Jika terjadi penjambretan  pada seorang perempuan, penjambretnya akan dilepas dann yang titangkap perempuan yang kena jambret.  Alasannya jika perempuan tersebut tidak membawa perhiasan, maka penjambretan tidak akan terjadi.

Bahkan ada yang menulis bukan pembawa bendera tauhid yang salah pada kejadian pembakaran tersebut, tapi yang salah adalah tukang sablon yang menyablon bendera tauhid. Jika tidak dibuatnya bendernyak sekali komentar yang lucu-lucu, yga tauhid, tentu tidak ada bendera tauhid yang dibawa ke lokasi peringatan hari pesantren.

Itu salah satu konsekuensi dari ucapan seorang pejabat publik. Belum lagi meme yang muncul akibat sang pejabat salah ucap seperti alfatihah di ucapkan alfatekah atau pejabat yang ucapannya kotor tanpa basa basi.  Meme yang berisi kecaman dan sindiran bermunculan dan membuat telinga merah.

Saat ini di zaman informasi mudah dan cepat seharusnya pejabat publik makin hati-hati.  Jangan terlalu mudah untuk melontarkan ucapan.  Sebaiknya sang tokoh berfikir dulu dan lakukan analisa yang benar terhadap apa yang akan disampaikan.  Jangan sampai ucapan yang dikeluarkan membuat nilainya rendah dimata publik.  Bagaimanapun seorang pejabat hendaklah  sikap dan tingkah serta ucapannya jadi contoh ditengah publik.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER