SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

MIUMI dan Safari Dakwah Ustadz Bachtiar Nasir

MIUMI dan Safari Dakwah Ustadz Bachtiar Nasir

YOGYAKARTA, WARGASERUJI – Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) diinisiasi oleh para ulama dan intelektual muda se-Indonesia, antara lain ustadz Bahtiar Nasir Lc, dan ustadz Zaitun Rasmin. MIUMI dideklarasikan di Jakarta pada tahun 2012.

Setelah enam tahun berdiri, MIUMI  bersinergi dengan ulama daerah seperti ustadz Mu’inudinnillah Basri Solo, ustadz Abdullah Hadrami Malang, ustadz Fahmi Salim Surabaya, ustadz Nanung Danardono Jogja, ustadz Malik Anis Toha Semarang dan banyak lainnya, untuk memperluas area dakwah MIUMI.

MIUMI mengajak muslimin muslimat di seluruh Indonesia untuk bersama-sama menjaga arah perjuangan umat dan menjaga sinergi antara keislaman dan kebangsaan.

Ketika mendalami sejarah bangsa ini, bisa dipahami bahwa negara Indonesia lahir dari perjuangan para ulama dan santri.

Mengingat sinergi ulama dan santri yang membentuk kelompok–kelompok perlawanan seperti Lasykar  Hisbullah, dan seruan jihad oleh ulama dalam mempertahankan kemerdekaan, harusnya ‘Keislaman dan Kebangsaan’ di Indonesia bukanlah hal yang perlu dipertentangkan lagi hari ini.

Sayangnya, persatuan yang merajutnya dalam waktu lama, nampaknya akhir-akhir ini banyak yang gagal paham mengenai hubungan agama Islam dan Negara (NKRI) Indonesia.

MIUMI mensinyalir ada beberapa upaya sistematik untuk mempertentangkan Islam dan bangsa ini. Ummat Islam hendaknya waspada dan bersama ulama terus menjaga arah perjuangan ummat. Arah yang menjamin Indonesia menjadi negara berdaulat, sejahtera dan lebih beradab.

Masalah kebangsaan bertubi-tubi kita tanggung bersama. Kerusakan demi kerusakan akhlak kita saksikan bersama di negeri ini. Disaat itulah ulama berperan.

Dalam sejarah perjuangan dan kehidupan bangsa Indonesia, ulama selalu berada di barisan depan untuk menyatukan ummat Islam serta elemen bangsa lainnya guna memberi bimbingan ke arah tersebut.

Di era milenial saat ini, MIUMI mempunyai  gagasan yang berangkat dari keprihatinan  terhadap kondisi umat Islam di Indonesia yang  terjebak dalam perpecahan internal.

Sinyalemen dari MIUMI penyebab perpecahan diantaranya karena cinta dunia, uslub dakwah tidak menjadi prioritas, salng mencerca dan fanatisme golongan dan dipimpin oleh orang yang jahil karena absennya ulama.

Lebih dalam lagi akibat absennya ulama  dari kepemimpinan yang mengemban risalah ‘amar makruf nahi munkar’. Diperparah lagi oleh rusaknya ilmu-ilmu Islam yang diajarkan  di lembaga formal yang tidak menanamkan keyakinan dan kebanggaan terhadap Islam.

MIUMI mempunyai visi untuk menjadi lembaga kepemimpinan formal Islam terdepan dalam penegakkan nilai-nilai Islam dan menjadi wadah pemersatu  para intelektual dan ulama Indonesia dalam membangu peta perjuangan menuju kejayaan Islam.

Adapun Misi yang diemban adalah membangun wibawa kepemimpinan formal Islam yang bisa dipercaya ummat melalui good governance.

Misi yang kedua menjadikan hasil riset sebagai landasan penetapan fatwa agar dapat tersosialisasikan dengan baik dan terakhir menyatukan potensi para intelektual dan ulama dalam membentuk peta perjuangan dakwah yang mendatangkan pertolongan Allah dalam memenangkan Islam dan menjayakan umat Islam.

MIUMI dideklarasikan sejumlah intelektual dan ulama muda Indonesia di Jakarta pada  28 Pebruari 2012. Para intelektual dan ulama muda dalam deklarasi itu menyepakati berdirinya MIUMI dan menunjuk Dr Hamid Fahmi Zarkasyi (ketua program kader ulama pesantren Gontor, Ponorogo) sebagai Ketua Majelis Pimpinan MIUMI dan H Bachtiar Nasir, Lc sebagai sekjen MIUMI.

Sejumlah pakar sebagai dewan pendiri antara lain Adrian Ansaini (ketua program magister dan doktor pendidikan Islam universitas Ibn Khaldun, Bogor); Muchlis M. Hanafi  (Pusat Studi Al-Aqur’an Depag); M Idrus Ramli (Pengurus NU Jember); Muh. Zaitun R. (Wahdah Islamiyah-Makassar).

Kemudian, Nashruddin Syarief, Jeje Zaenuddin (Pemuda Persis); Fahmi Salim (Komisi Kajian dan Penelitian MUI); Ahmad Sarwad (Rumah Fiqih Indonesia); Farid A. Okbah (Yayasan Al Islam); Fadzlan Gamaratan (Yayasan Al-Fatih Kaaffa Nusantara); Henri Shalahuddin (Peneliti dan Sekretaris Insists); Asep Sobari (Redaksi Majalah Gontor) dan M. Khudori (Alumnus Gontor dan Universitas Islam Madinah).

Ketua MIUMI terpilih, Dr Hamid Fahmi Zarkasi menjelaskan, lahirnya organisasi ini bukan untuk menyaingi MUI, tapi justru memperkuat otoritas lembaga keulamaan setingkat MUI.

Sekjen MIUMI H Bachtiar Nasir Lc mengatakan, MIUMI diharapkan bisa merevitalisasi dari perbedaan yang terjadi seperti, lebaran dua versi, jatuh hari puasa berbeda, kelemahan pemimpin formal dan informal serta melemahnya lembaga ulama

Dalam sosialisasi dan pengembangan organisasi, MIUMI menggelar Tabligh Akbar di beberapa daerah. Paling dekat Insya Allah akan dilaksanakan di Masjid Al Falah Surabaya tanggal 16 Pebruari 2019.

Menyusul di Sukoharjo–Solo pada 17 Pebruari dan pada 23 Pebruari 2019 di Masjid Muhajirin Banyumanik Semarang pada pagi hari dan malamnya di Jepara.

Sumatera akan dimulai dari Lampung pada tanggal 24 Pebruari 2019 dan bergerak ke kota-kota lain seperti Palembang, Medan bahkan sampai Aceh pada ksempatan lain.

Jauh sebelumnya, kegiatan Tabligh Akbar serupa ini telah digelar di Masjid Jogokaryan-Jogjakarta, di Malang dan Makasar.

Sambutan masyarakat sangat antusias, hal ini dibuktikan dengan berjubelnya umat yang hadir dalam takbligh akbar dan bergabungnya intelektual muda di daerah dan ulama setempat.

Profesor Anis Malik Toha, selaku penggagas MIUMI Semarang mendorong terjalinnya ukhuwah islamiyah di Semarang dengan terciptanya dakwah yang penuh hikmah dan hasanah.

Diharapkan warga muslim menyambut safari dakwah ini dengan antusias dan selanjutnya terbentuk perwakilan MIUMI di daerah-daerah guna memaksimalkan potensi dakwah di daerah.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER