WARGASERUJI – Orang memilih agama berdasarkan apa? Yang sesuai dengan kepentingan? Hawa nafsu? Atau agama yang benar? Bagaimana membedakannya? Mana agama yang benar?
Jawabannya sederhana sebenarnya. Agama sesuai petunjuk dari Tuhan, itu jawabannya. Agama wahyu. Bukan sekedar agama yang berasal dari hasil pikir manusia.
Apakah berarti akal pikiran tidak dipakai? Jawabnya, bahkan dengan akal pikiran. Nabi Ibrahim telah memberi teladan menggunakan akal pikiran yang bersih untuk mencari kebenaran yang tidak berdasar hawa nafsu, disebut bersifat hanif.
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah, “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang hanif; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Al An’am: 161)
Isi petunjuk dari Tuhan berupa inti dari agama yang benar, yaitu ketundukan kepada Allah.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
(QS Al An’am: 162)
Ketundukan yang dimaksud adalah hanya kepada Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah sifat agama yang benar, sifat kepasrahan kepada perintah Allah. Sebutannya, muslim.
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).
(QS Al An’am: 163)
Jadi, kesimpulan jawaban atas pernyataan mana agama yang benar, adalah Islam.