SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Hipokrit HAM, Langgengkan Penjajahan

Hipokrit HAM, Langgengkan Penjajahan

WARGASERUJI – Rencana pencaplokan Tepi Barat Palestina terang-terangan diucapkan oleh Israel, namun dunia tidak bersikap. Hal ini diungkapkan Perdana Menteri Israel Benjamin yang berjanji akan memperluas wilayah jika kembali terpilih menjadi Perdana Menteri pada pemilu Sela (9/4). Dia juga berjanji akan mengakuisisi pemukiman Yahudi di Tepi Barat, bagian dari wilayah Palestina di barat sungai Yordan.

Di Tepi Barat hidup sekitar 400 ribu warga Yahudi, dan 200 ribu lainnya di Yerussalem Timur. Disisi lain, Israel juga berniat mendirikan negara di Tepi Barat yang memang ditinggali sekitar 2,5 juta warga Palestina.

Sejarah telah mencatat, pada tahun 1947 PBB melalui resolusinya membuat pembagian wilayah Palestina. Berdasarkan resolusi itu, Israel mendapat 55% wilayah Palestina. Sisanya untuk Palestina. Atas dasar itulah, dengan dukungan Inggris, pada tahun 1948 Israel berdiri. Sejak itu Israel terus memperluas penguasaan tanahnya dengan cara-cara ilegal dan kriminal. Pada tahun 1967 Israel melancarkan perang dengan negara-negara Arab tetangga: Yordania, Suriah dan Mesir. Perang yang sarat dengan tipudaya  pada akhirnya membuat Israel menguasai wilayah Palestina yang disebut dengan ‘batas 1967’. Israel menguasai sekitar 78% wilayah Palestina.

Jelas, akar masalah Palestina hakikatnya adalah keberadaan Israel yang telah merampok dan menduduki tanah Palestina dengan mengusir penduduk dan pemilik aslinya. Merupakan agresi, pendudukan dan penjajahan Israel atas Palestina dan penduduknya.

Di sinilah para ulama sering menyebut akar masalah Palestina adalah keberadaan Israel, bukan masalah tapal batas antara Israel dan negara-negara tetangga seperti Suriah, Libanon, Yordania, termasuk Palestina. Sementara solusi dua negara yang merupakan resolusi PBB saat diterima dan menjadi komitmen Dunia Islam dan seluruh kaum muslim, ini menunjukkan pengakuan terhadap keberadaan Israel, sang penjajah Palestina.

Hal tersebut adalah solusi palsu, sejatinya melakukan penyerahan dan pengkhianatan. Pasalnya, solusi dua negara merupakan bentuk pengakuan dan pembenaran atas perampokan Israel atas tanah Palestina. Menunjukkan dengan jelas sikap hipokrit HAM dalam persoalan Palestina, justru melegitimasi penjajahan.

Solusi hakiki Palestina harusnya bersandar pada syariah. Masalah Palestina adalah masalah Islam dan seluruh kaum muslim. Tanah Palestina adalah tanah kharajiyah (tanah yang dibebaskan oleh kaum muslimin), maka menjadi milik kaum muslim seluruh dunia. Tak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, apalagi kepada penjajah seperti Israel.

Solusi tuntas persoalan Palestina ialah Khilafah dan jihad. Namun disayangkan, sebagian kalangan nyinyir bila disodorkan solusi ini. Padahal jika bukan Khilafah dan jihad, adakah solusi lain? Apakah perundingan? Ingatlah, sudah sangat banyak perundingan damai digelar dan ditandatangani, tetapi sebanyak itu pula diingkari. Jangankan sekadar sejumlah negara Arab atau Dunia Islam. Bahkan seluruh dunia mengutuk dan mengecam pun, Israel yang didukung penuh Amerika dan Barat tak pernah peduli. Faktanya sudah lebih dari 33 resolusi PBB , tapi dilanggar Israel dan tidak ada tindakan apapun atasnya.

Oleh : Rindyanti Septiana S.Hi

Pegiat Literasi Islam & Kajian Islam Politik Medan

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER