Gempa lombok dengan kekuatan 7 SR, menimbulkan bencana yang cukup besar dan menakutkan bagi warga lombok.
Menurut cerita seorang warga Lombok yang bernama Syamsul, dirinya melihat dampak bencana saat ini maka sudah saatnya status “bencana daerah” ditingkatkan menjadi Bencana Nasional. “Sumberdaya kita terbatas, sementara korban terus berjatuhan,” katanya.
“Teman-teman relawan yang sejak tadi malam di lokasi, menyampaikan kondisi darurat. Ini darurat kemanusiaan. Belum banyak tim evakuasi yang menyentuh wilayah terdampak gempa paling parah, karena kerusakan infrastruktur dan akses jalan yang rusak berat,” ujar Syamsul.
“Pada gempa kali ini, Hampir semua warga Lombok menjadi korban. Karenanya, mereka bukannya tidak ingin membantu, tapi karena mereka juga korban dan membutuhkan pertolongan,” lanjut syamsul.
“Gempa memang benar-benar dahsyat. Guncangannya keras, sangat keras bahkan. Kekuatannya 7 SR dengan kedalaman 10 km,” cerita Syamsul.
Menurut Syamsul, warga panik, lari berhamburan, keluar rumah, mencari tempat yang aman. Tidak berselang, BMKG mengeluarkan peringatan dini Tsunami. Seketika kepanikan menyelubungi langit Lombok. Warga disergap kepanikan yang dahsyat. Semua keluarga lari tunggang langgang, menyelamatkan diri, keluarga dan kerabat.
Syamsul lanjut bercerita bahwa warga kemudian mencari tempat yang lebih tinggi. Dan tempat itu ada di Masjid Jami Raden Anji. Sesampai di sana, semua kepanikan bertumpuk-tumpuk. Entah siapa yang mengomandoi, semua warga mengarah pada satu titik itu.
“Apesnya, pintu gerbang Masjid tertutup dan dikunci. Warga yang kalap mulai berfikir gelap. Pintu Masjid didobrak, tembok pembatas di naiki. Mereka melompat. Anak-anak di selamatkan terlebih dahulu,” cerita Syamsul lagi.
Katanya, setelah berhasil masuk, warga yang ribuan jumlahnya, tertahan di halaman dan pelataran Masjid. Mereka ingin naik ke lantai dua, tapi ternyata akses tidak ada. Pintu lagi-lagi terkunci. Kondisi mencekam. Warga mendobrak pintu agar terbuka. Tapi gagal. Akhirnya, satu-satunya cara adalah memecahkan kaca jendela Masjid.
Syamsul bertanya kepada seorang Tokoh yang juga pengurus Masjid di sana. “Apa kaca jendela masjid bisa kita pecahkan saja?”
Beliau mengiyakan. Ribuan orang menyerbu Masjid, tidak sabaran. Saling dorong, anak-anak dan orang tua dievakuasi. Beberapa mereka tergencet. Akhirnya Syamsul dengan terpaksa menendang kaca Jendela.
Syamsul baru sadar ternyata dirinya sedang menggendong si bungsu, 19 bulan. Dirinya juga kehilangan jejak Istri dan dua orang anak. Mereka tenggelam dalam kerumunan dan juga kepanikan.
Lalu Syamsul mundur, aksi gedor dilanjutkan oleh beberapa anak muda. Syamsul memilih mencari istri dan anak-anak. Akhirnya ketemu. Dirinya mendengar kaca pecah. Rupanya kaca pintu Masjid.
Lalu Syamsul merangsek maju ke depan. Ternyata akses masuk belum juga terbuka. Dirinya minta anak-anak menjauh. Sekuat tenaga Syamsul meninju itu kaca. Akhirnya berhasil. Pintu gagal dibuka, tapi berhasil dijebol.
Lanjut Syamsul menceritakan, “Seperti air bah, kerumunan manusia panik menyerbu pintu yang jebol. Mereka tak peduli, ada beling kaca berserakan. Saya masuk, menggendong Aisya, putri ke-2 saya,” katanya.
“Sambil sesenggukan, saya dudukkan ia ditangga Masjid. Saya mencari 2 anak yang terjebak di kerumunan, juga istri saya. Saya lihat ia tergencet, orang-orang panik itu semakin tidak waras. Mereka tak peduli, yang tergencet itu anak-anak dan orang tua renta,” ceritanya
“Setelah ketemu, saya langsung merangsek. Anak-anak terlebih dahulu saya bawa masuk, berikutnya istri saya. Kaki kami ada rasa perih. Anak-anak saya juga mengeluhkan begitu. Rupanya kami kena beling, pecahan kaca Jendela yang tak sempat kami pindah,” lanjutnya.
Syamsul naik ke lantai 2. Suasana mulai terkendali. Syamsul tenangkan anak-anak dan istri. Mengajak mereka istighfar. Kepada anak-anak dirinya membisikkan, “Inilah bukti kekuasaan Allah. Tidak perlu takut. Kita berserah diri pada Allah,” tutupnya.