SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Rentenir Ala Australia, Mencekik dengan Riba

Rentenir Ala Australia, Mencekik dengan Riba

WARGASERUJI – Tidak main-main, rentenir ala Australia ini menjerat warga Aborijin yang miskin. Sharon Alice terjerat hutang setelah meminjam uang dari perusahaan pemberi pinjaman cepat bernama Cigno.

“Saya ingin menyiapkan makanan untuk merayakan Natal, jadi saya mengajukan pinjaman,” kata Alice. “Jumlahnya 175 dolar (Rp 1,7 juta).”

Dalam seminggu, utang Alice menjadi hampir dua kali lipat. Satu minggu kemudian, jumlahnya terus meningkat menjadi 421,90 dolar.

Setelah berjalan tiga minggu, jumlah utangnya sudah membengkak jadi 427,85 dolar (sekitar Rp 4,2 juta).

Biaya-biaya yang dikenakan Cigno banyak macamnya dan aneh-aneh, seperti : “biaya setoran pada hari yang sama”, “biaya pasokan keuangan”, “biaya pemberi pinjaman”, “biaya tidak jujur”, “biaya surat tidak jujur”, dan tiga biaya lainnya dengan judul “biaya pemeliharaan akun”.

Walau Alice melakukan pembayaran pertama sebesar 94 dolar, tetap jauh dari lunas.

Setelah enam bulan, pinjaman Alice sebesar 175 dolar telah membengkak hingga 760 dolar.

“Mereka sama sekali tidak memberitahu saya mengenai adanya biaya-biaya ini,” kata Alice. Dia pikir, itu hanya utang yang dilunasi dengan besar yang sama.

Kasus ini sedang dicermati oleh Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC). Cigno disebut sebagai salah satu kelompok usaha yang menggunakan model pinjaman jangka pendek, dan dapat menyebabkan “kerugian siginifikan bagi konsumen”.

ASIC kini turun tangan mengumpulkan kasus seperti yang dialami Alice.

Komisaris ASIC Sean Hughes menjelaskan, jika terkumpul cukup kasus seperti ini, pihak akan menerapkan kewenangan baru mereka untuk menindak pihak peminjam yang merugikan warga paling rentan.

Sepertinya, ASIC akan mudah membongkar praktek rentenir ala Australia ini karena ratusan pelanggan telah melontarkan kecaman mereka secara terbuka kepada Cigno melalui website review produk.

Menurut penyelidikan ASIC, Cigno memanfaatkan celah hukum terkait kredit dengan tujuan membebankan biaya tinggi kepada para peminjam.

Ternyata, praktek riba pun dirasakan menyengsarakan di negara sekuler seperti Australia. Bagaimana menurut Anda?

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER