Alkisah ada sebuah negeri,
terbentuk dari kumpulan negeri-negeri terjajah,
dijajah sebuah negeri kecil penuh uang,
lalu sang negeri terjajah pun menyatakan diri merdeka, merdeka sejati dari semua penjajahan,
tapi sang penjajah berkata:
“Aku punya hutang ke penjajah lain, kau lunasi hutangku, kau merdeka!”
Sang negeri terjajah pun berkata:
“Ku tak takut. Kuambil alih hutangmu! Negeriku kaya!”
Lalu sang negara terjajah pun dinyatakan merdeka, punya pemimpin sendiri, punya rakyat sendiri.
Punya hutang sendiri,
yang tidak dibayar-bayar,
sampai sang pemimpin yang bernafsu besar dan berhutang besar pun dijatuhkan negara penjajah lain,
lalu dinaikkanlah seorang jendral menjadi pemimpin oleh negeri ini,
sang jendral pun memimpin,
menebar ketakutan, harapan, dan pembangunan,
tapi tetap saja di bawah bayang-bayang hutang,
riba,
korupsi,
sampai akhirnya ada pakar riba menjatuhkan nilai uang negeri,
sang jendral pun dijatuhkan,
dan negeri pun akhirnya dijual,
dengan halus,
dengan pembangunan,
dengan gedung-gedung mentereng,
dengan jalan-jalan panjang dan mulus,
dengan komisi masuk ke para pemimpin,
dan rakyat hanya dapat komisi mimpi,
dan ketakutan akan agamanya sendiri,
“Teroris” katanya,
Disuruh sabar, rahmah,
sampai para ulama dibacok, dibunuh,
sampai anjing masuk masjid,
tetap saja disuruh sabar dan rahmah,
sampai akhirnya dapat pemimpin yang tidak bisa apa-apa di kancah dunia,
pemimpin penuh kepalsuan, disokong kepalsuan janji-janji hutang dan makelar,
dan tetap saja setiap tahun negeri itu tetap menyatakan
“Kita merdeka”
Tapi tidak dari hutang mencekik.