SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Aturan Ganjil-Genap Motor: Efektifkan Mengurangi Polusi di Jakarta?

Aturan Ganjil-Genap Motor: Efektifkan Mengurangi Polusi di Jakarta?

WARGASERUJI – Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, memberi perhatian khusus terkait jumlah motor yang meningkat semenjak diberlakukannya aturan ganjil dan genap bagi mobil. Karena itu, muncul wacana juga diberlakukan untuk motor. Apakah karena motor penyumbang polusi terbanyak?

Memang, jumlah motor lebih banyak dari jumlah mobil yang melewati ibukota. Menurut Syafrin, sampai sekitar 72%:28%. Namun, perlu diteliti kembali sebelum benar-benar memberlakukannya karena bisa jadi kontra produktif. Berikut ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Efisiensi Jarak Tempuh Penumpang Per Bahan Bakar

Polusi dari gas buang bergantung seberapa banyak bahan bakar yang digunakan dan seberapa efisien mesin motor atau mobilnya. Secara kasar, motor rata-rata mampu menempuh jarak 40-70 km setiap liter bensin. Sedangkan mobil pada setiap liter rata-rata hanya 15-25km.

Mobil akan dihitung efisien bila tempat duduknya diisi penumpang. Sayangnya, yang banyak berseliweran adalah mobil pribadi yang diisi sedikit orang.

Pemakaian Luas Jalan

Kemacetan lalu lintas adalah penyebab bahan bakar terbuang. Dampaknya jelas polusi udara.

Mobil yang diisi sedikit penumpang, atau bahkan hanya satu pengendara, hanya memenuhi luas jalan. Artinya, mobil memberi andil kemacetan.

Jalan sangat terasa sempit ketika mobil diparkir di pinggir jalan. Mirip menutup separuh jalan, sehingga arus lalu lalang kendaraan pasti melambat.

Kelincahan

Semakin besar kendaraan, semakin lambat bermanuver. Mobil, apalagi truk dan bus, hanya bisa bermanuver di jalan yang cukup luas.

Ketika mobil berada di jalur yang sempit, pasti melambatkan kecepatan. Hasilnya, waktu tempuh menjadi panjang, sehingga boros bahan bakar. Cocoknya, hanya melewati tol.

Masyarakat juga belum tentu terhubung dengan jalan-jalan yang ramah mobil. Seperti jalan tikungan tajam dan sempit.

–ooo–

Itulah beberapa aspek jika ingin menilai perbandingan manakah antara mobil dan motor penyumbang polusi terbanyak. Sebenarnya ada aspek lain, seperti penggunaan AC mobil, faktor gengsi, atau kenyamanan. Namun, mungkin karena kurang signifikan, maka tak perlu dibahas.

Jadi, kalau Jakarta akan memberlakukan ganjil dan genap untuk motor, coba dulu satu hari tanpa mobil. Barangkali tak akan ada macet, sehingga polusi berkurang banyak. Siapa tahu?

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER