WARGASERUJI – Lomba perayaan HUT ke-74 RI dirayakan hampir di seluruh pelosok Indonesia. Dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan hingga manula. Mereka membaur menjadi satu untuk bergembira demi merayakan kemerdekaan negeri ini.
Begitupun juga yang dilakukan oleh sebagian warga Ciapus, Jatimulya, Rangkasbitung, Lebak, Banten. Walau dengan dana yang minim, tetap berusaha melaksanakan acara tersebut.
Untuk menghias gang-gang di pelosok kampung sebagian menggunakan bekas gelas minuman mineral yang dicat merah putih dan sebagian yang lain menggunakan kantong plastik berwarna merah putih.
Bahkan untuk memeriahkan lomba, mereka melakukan ‘saweran’ dari Rp 2.000 sampai Rp 50.000 per warga. Dengan dana terkumpul tidak mencapai satu juta rupiah, mereka berusaha untuk tetap memeriahkan acara peringatan HUT ke-74 RI.
“Pokokna mah warga bergembira, barudak jeung kolot gabung lomba babarengan. Hadiah mah teu penting. Nu penting warga bisa kararumpul ti lapangan,” kata Dedy sebagai ketua panitia dengan logat khas sundanya.
Adapun perlombaan yang dilaksanakan beraneka ragam, dari lomba tangkap lele, makan kerupuk, estafet air dan lain-lain.
Acara puncak direncanakan dengan lomba panjat pinang dengan hadiah sangat sederhana berupa perkakas rumah tangga dari panci, gelas, mangkok juga kaos. Semua hadiah tersebut, jika dinilai tidak sebanding dengan tenaga untuk memanjat pinang.
Di acara puncak direncanakan dengan pemutaran film perjuangan agar generasi mendatang mampu mewarisi nilai dan semangat perjuangan para pahlawan. Ditampilkan juga kesenian kendang pencak sebagai budaya khas sunda. Tak ketinggalan karaoke menampilkan kemampuan warga masyarakat di kampung Ciapus.
Kemenangan dalam lomba HUT ke-74 RI bukanlah tujuan, akan tetapi bersatunya warga masyarakat dari berbagai suku dan agama lah yang menjadi tujuan. Pemilu 2019 yang sempat membelah kelompok masyarakat menjadi hilang pemisahnya.
HUT RI adalah tradisi, juga budaya yang harus dijaga. Boleh dikatakan perayaan HUT RI-74 menjadi “Lebaran” bagi seluruh rakyat Indonesia.