SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Jaringan Irigasi Kota Magelang, Karya Teknologi Peninggalan Belanda

Jaringan Irigasi Kota Magelang, Karya Teknologi Peninggalan Belanda

Magelang , Sebentar lagi berulang tahun .11 April  907 ditetapkan sebagai  Hari Jadi Kota Magelang  dan sekarang menginjak tahun ke 1.111.Sungguh usia yang sudah cukup  tua.

Kebetulan yang tidak disengaja, sebagai warga yang 53 tahun lalu lahir di sini, sudah lama kagum dengan jaringan irigasi yang membelah kota ini.Apalagi dengan menara air ‘ water toren’  demikian kami menyebutnya ,yang gagah berdiri di  tengah-tengah kota.

Terletak di Jawa Tengah,  Dahulu merupakan  ibu kota  Karesidenan Kedu.Pangeran Diponegoro di tawan Belanda  melalui perundingan yang licik di kota ini,  setelah Belanda  lelah berperang selama 5 tahun  dan  menguras biaya sangat banyak .

Sejarah Kota Magelang  yang berganti dari satu penjajah ke penjajah lain, menjadikan kota ini menjadi berkembang lebih cepat  dengan bangunan-bangunan zaman penjajah yang sebetulnya berguna untuk kenyamanan penjajah itu sendiri.

Inggris yang  pada abad 18 menguasai Magelang  menjadikan kota ini sebagai  kota  setingkat kabupaten.Inggrislah yang berjasa mengatur sistem administrasi  desa sebagai pusatnya, mengenalkan sistem keuangan  dan yang menemukan Borobudur dan Prambanan melalui ekspedisinya.Sayangnya Raffles sebagai penguasa  wakil dari Britania Raya mengalami kekalahan, seiring kalahnya Inggris dalam perang di Eropa oleh Napoleon.

Belanda yang mengambil alih kemudian menjadikannya sebagai kota militer Pertimbangannya antara lain  letaknya yang strategis diantara Kota Pelabuhan  Semarang dan Jogjakarta pusat kerajaan Mataram kala itu .

Kota yang terletak pada ketinggian 400 meter dpl ini membuat hawanya dingin dan nyaman sebagai tempat tinggal.Belanda melengkapi  dengan prasarana pendukung dengan membangun menara air pada 1918.Perusahaan listrik pertama kemudian menyusul mulai beroperasi  pada 1927 seperti ditulis wiki pedia.

Tidak aneh jika sampai sekarang peninggalan bangunan Belanda tersebut masih ada dan bahkan menjadi ikon kota Magelang.Menara air ‘water toren‘ sampai sekarang masih tegak berdiri di Aloon-aloon Kota Magelang.

Menara air berfungsi mengatur dan membagi  ketersediaan air bersih di rumah-rumah tinggal.Banyak rumah tangga di kampung-kampung yang tidak perlu menggunakan pompa air untuk menaikkan air ke tandon di lantai atas rumahnya saat ini.

Jaringan air bersih ini sekarang dikelola oleh sebuah perusahaan daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Magelang sebagai Perusahaan Daerah.

0-0-0

Jaringan Irigasi Peninggalan Belanda

Selain jaringan air bersih , Belanda juga membuat  jaringan irigasi  yang  berguna mengairi sawah.Sebagai warga yang lahir di Magelang, setiap hari dulu selalu melewati sistem jaringan ini.Bahkan  bermain dan   berenang , demikian juga kebiasaan  warga sepanjang aliran sungai.

Eloknya , irigasi ini dibangun dengan teknologi yang maju untuk ukuran zaman itu dan penuh dengan nilai seni.Kontur tanah yang tajam beda tingginya diatur sedemikian rupa dengan teknik tertentu , plengkung.

Plengkung , adalah salah satu teknologi  mengatasi  beda tinggi yang tajam.Dengan plengkung ini saluran air akan terjaga beda tingginya .Dibawah lengkungan ini  difungsikan sebagai jalan raya.

Adalagi  sistem  lain, seperti membuat kolam  renang yang panjang dengan dinding tegak didua sisinya dan semen didasarnya .Sistem penahan tarik menghubungkan dua sisi tegaknya agar tidak roboh dan saling menguatkan .

Saluran yang berbentuk kotak ini terletak agak menggantung pada awalnya.Sekarang disisi yang terjal mulai dipenuhi tanah sehingga seperti tertanam ditanah.

Sayang sumber yang bisa dilacak sekitar jaringan irigasi ini sangat minim.Beruntung ada komunitas  ‘’ Djeladjah Plengkoeng Magelang ” yang pernah menyusuri  sisa-sisa jejak air kehidupan kota Magelang pada 13 Juli 2013 yang ditulis oleh Fahmy Anhar yang asli Magelang alumni SMA 1.

“Menurut literasi sejarah yang tertuang dalam buku: “Magelang, Middelpunt van den Tuin Van Java” tahun 1936, Kali Manggis sendiri dibangun pada tahun 1857 untuk mengaliri sekitar 625 bau sawah kala itu.” Tulis Fahmy Anhar di blognya.

“Saluran air kota atau yang dalam bahasa Belanda disebut Boog Kotta-Leiding ini mengalir sejauh sekitar 5 km dari Kedungsari hingga Jagoan. Belum jelas diketahui kapan pembangunannya, siapa arsitekturnya, berapa biayanya, dll. Hanya sebuah prasati kecil yang menjadi saksi bisu pembangunan saluran air ini, yaitu pahatan tahun 1883 di Plengkoeng Lama Jl Pierre Tendean  dan tahun 1920 di Plengkoeng Baroe di Jl Ade Irma Suryani (Taman Badaan). Ini pun masih multitafsir, bisa jadi tahun pembuatan, bisa jadi pula tahun renovasi.” Tuturnya Fahmy yang sekarang dikabarkan  sudah menjadi guru besar .

Sekarang, “ Plengkung “ ini menjadi salah satu ikon keindahan kota Magelang setelah direnovasi khususnya yang di Tengkon karena ada sisi sayapnya  yang terkubur tanah.

“ Plengkung” yang di Tengkon ini memang beda denga dua lainnya.Pada awal reformasi 1998 digali 2 terowong yang terkubur, satu digunakan untuk pejalan kaki dan satunya untuk kendaraan bermotor.

So,  yang mau menunjungi Kota Magelang  jangan lupa melirik warisan Belanda yang banyak bertebaran diseluruh kota.Kalau anda berkunjung saat perayaan hari jadi Kota Magelang , maka akan banyak hiburan dan kesenian seperti Jatilan, Kirab Budaya dengan Gunungan Gethuk sebagai makanan khas tradisional dan banyak lagi yang lainnya.

Destinasi lain seperti Taman Kyai Langgeng, Arung Jeram , dan tak boleh ketinggalan mampir ke Candi Borobudur yang hanya berjarak 18 km arah barat Magelang.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER