WARGASERUJI – Guru Nining bisa jadi bukti bahwa ada harta milik orang miskin dalam kekayaan orang lain. Guru seperti Nining ini bekerja dengan yang lain yang punya gaji jauh lebih besar, dengan beban yang bisa jadi sama dengan lainnya.
Nining sudah menjadi guru honorer belasan tahun dengan gaji 350 ribu sebulan. Pendapatan yang kecil membuat dirinya dan keluarganya terpaksa tinggal di toilet sekolah. Â Rumah berukuran sekitar tiga kali enam meter yang ditempati Guru Nining dan suaminya, Eby menjadi viral di media sosial karena dianggap tidak layak huni.
“Tidak layak pada umumnya ditinggali oleh manusia, karena di situ tempat WC. Dan kebetulan memang karena ketidakmampuan Bu Nining, dia guru honorer,” kata Encep Hadikusumah, Sekretaris Camat Cigeulis, Selasa (16/07).
Sepertinya, guru-guru lain memahami bahwa ada harta milik orang miskin dalam harta mereka, bukan hanya sekedar kasihan. Oleh karenanya, mereka tergerak hendak menyisihkannya untuk guru Nining.
“Kami sepakat dengan guru-guru membantu mendirikan rumah. Kebetulan mereka memang memiliki tempat dan kami bantu bangun rumah layak huni. Pembangunan itu dari swadaya kami, ngobrol-ngobrol dari karyawan kami di kecamatan dan kantor desa juga,” ujar Encep.
Sindiran Bagi Koruptor
Kasus Nining ini sebenarnya layak digunakan sebagai sindiran bagi koruptor. Nining adalah orang yang memberi kontribusi bagi negara tanpa mendapat penghargaan yang semestinya, sedangkan koruptor sebaliknya. Bisa dikatakan, koruptor memakan uang negara yang seharusnya menjadi hak orang miskin lainnya.
Lihatlah kasus yang baru saja terjadi. Pejabat dinas pendidikan di Sampang melakukan mark up dana APBD demi keuntungan pribadi dengan mengorbankan kualitas bangunan sebuah sekolah. Akhirnya bangunan sekolah ambruk setelah hanya lima bulan dipakai.
Siapa yang dirugikan? Orang-orang miskin yang butuh bersekolah di tempat yang layak. Itu hak mereka yang dicuri oleh para koruptor. Padahal, tanpa korupsi pun, tetap ada harta milik orang miskin. Bagaimana menurut Anda?