SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Berebut Bangku Sekolah, Diajari “Saling Sikut” Sejak Dini

Berebut Bangku Sekolah, Diajari “Saling Sikut” Sejak Dini

WARGASERUJI – Di Banten di sebuah sekolah dasar Senin kemaren (15/7), para orangtua berbondong-bondong membawa anaknya lengkap dengan seragam berebut mendapatkan bangku sekolah. Apakah mereka tidak menyadari kalau dengan itu anak-anak diajari saling sikut sejak dini?

Dalam unggahan akun @info.banten, menyebutkan, “Di saat yang lain masih tertidur jam 02.00 dini hari, tapi tidak bagi mereka. Aktivitas inilah yang dilakukan seja dini hari tadi Seni (15/07). Hal ini dilakukan karena para siswa khawatir jika nantinya merka tidak mendapatkan bangku terdepan.”

Sebenarnya, bukan siswanya yang khawatir, melainkan orangtuanya. Tindakan orangtua seperti ini karena pandangan yang keliru tentang pendidikan. Mereka menganggap sekolah sebagai cara untuk berkompetisi dan menang dalam kehidupan dengan mengalahkan yang lainnya.

Sekolah seharusnya ada untuk semua. Pendidikan di sekolah adalah untuk maju bersama, hidup bersama, saling mendukung dan bekerjasama. Karena itu, di negara yang sudah maju pendidikannya, sekolah diorientasikan sebagai tempat berkolaborasi antara satu dengan yang lainnya.

Barangkali sudah terstigma dalam masyarakat, anak yang selalu duduk di depan akan unggul dalam prestasi. Itu tidak salah, karena anak yang duduk di depan pasti mendapat perhatian yang lebih dari guru dibandingkan yang di belakang. Kalau di awal anak sudah nyaman di depan, enam tahun berikutnya pasti akan memilih di depan.

Artinya, orangtua tidak bisa disalahkan jika berebut, karena memang kondisinya memaksa demikian. Paradigma gurunya yang harus diubah. Akhirnya, kembali bagaimana guru-guru ditingkatkan kualitas dan pengetahuannya.

Posisi Bangku Sekolah

Banyak sekolah di pelosok yang masih menggunakan cara-cara lama. Bangku disusun berderet ke belakang. Guru memposisikan sebagai pusat perhatian di depan. Interaksi kebanyakan hanya searah.

Sementara itu, ilmu pendidikan berkembang sangat cepat. Perubahan paradigma hampir terjadi setiap tahun. Ditambah lagi kemajuan teknologi yang perlu diantisipasi dengan cepat. Sudah tidak zamannya lagi bangku sekolah menghadap ke depan.

Jika berbentuk pengajaran, susunan bangku sekolah dibentuk seperti huruf U. Maksimal hanya dua deret ke belakang. Maksud susunan seperti ini agar semua siswa mendapat perhatian yang setara dari gurunya.

Lebih bagus kalau bangku sekolah itu cukup ringan dipindah-pindahkan. Posisi bangku menyesuaikan tema pelajaran sehingga sering diubah menjadi bentuk berkelompok, atau bahkan disisihkan dan menggunakan lantai sebagai tempat belajar. Pelajaran tidak lagi didominasi hanya mendengar dan mencatat.

Masalahnya, banyak sekolah yang bergantung kepada pemerintah. Akhirnya, bangku-bangku lama yang besar dan berat sepert tertancap di lantai-lantai kelas. Guru pun segan mengubah-ubahnya karena menghabiskan waktu dan tenaga.

Kalau begitu, jelas sudah siapa saja yang harus terlibat. Pemerintah, guru dan orangtua menjadi aktor yang harus berperan, agar tidak terjadi lagi berebut bangku sekolah. Setuju?

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER