Nikmat Allah sesungguhnya luar biasa dan tak terhitung. Namun sebagai manusia acapkali kita gagal fokus dalam mensyukuri anugerah nikmatnya dan lebih memilih fokus pada sesuatu yang tidak memuaskan kita, padahal itu tak seberapa bila dibandingkan dengan kenikmatan yang kita miliki bahkan melekat pada keseharian kita.
Beberapa bulan yang lalu lingkungan tempat saya tinggal tercemar oleh bau limbah pabrik. Bau tersebut sungguh tidak enak laksana septic tank membludak. Buka jendela rumah semakin bau, bila ditutup juga masih sangat bau. Saya merasa benar-benar tersiksa dan sangat berharap situasi itu segera berakhir, Alhamdulillah situasi itu hanya berlangsung sekitar beberapa bulan.
Beberapa minggu yang lalu di lapangan dekat tempat saya timggal ada pertemuan perkumpulam motor demgam type tertentu. Ratusan motor berlalu lalang dengan sebagian besar saringan knalpot dibuka sehingga telinga saya terpaksa mendengar suara knalpot yang memekakkan. Saya tersiksa sekali dan sangat berharap situasi ini segera berakhir, alhamdulillah situasi menyiksa tersebut hanya 24 jam.
Dari dua peristiwa besar yang menyiksa saya tersebut membuatku semakin tersadarkan bahwa kenikmatan Allah itu sungguh dekat dan melekat erat pada keseharian kita. Saya merasa menjadi manusia yang kufur nikmat. Astaghfirullah..
Beberapa waktu yang lalu saya dicurhati oleh rekan yang sangat dekat dengan saya. Beliau cerita bahwa sampai usia pernikahannya yang sudah lebih dari 20 tahun dia belum berhasil mencintai suaminya karena alasan tertentu (bukan perselingkuhan). Dia berucap “Saya berhak untuk hidup bahagia.”
Kemudian saya memberi nasehat dengan mencontohkan dua kasus saya diatas, saya menasehatinya agar kita jangan terlalu fokus pada masalah yang dihadapi tapi fokuslah pada kenikmatan yang Allah berikan pada kita lalu bersyukurlah.
Saya tunjukkan padanya tentang anak-anaknya yang bisa menyejukkan mata, saya tunjukkan padanya tentang suaminya yang tak pernah menyakiti hatinya meskipun ada hal yang masih kurang dimatanya.
Saya bilang padanya kita jangan gagal fokus, lihatlah kenikmatan Allah yang kita kadang lupa menghitungnya sebagai nikmat. Udara segar, rumah longgar, lingkungan tenang tidak bising, jantung masih berdetak, mata masih bisa melihat, lidah masih bisa merasakan enaknya makanan. Lihatlah betapa nikmat Allah sangat banyak lalu bersyukurlah maka bahagia akan hadir. “Betul, Anda dan kita semua berhak bahagia.”