SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Hutan Pinus Mangunan Dan Seribu Batu Songgo Langit Destinasi Wisata Alternatif Di Jogjakarta

Hutan Pinus Mangunan Dan Seribu Batu Songgo Langit Destinasi Wisata Alternatif Di Jogjakarta

Pendakian makin tinggi, perkampungan sudah jauh dibelakang.  Jalan yang mulus dan lebar sudah memasuki area yang ditumbuhu  hutan pinus.  Hanya ada pohon pinus dikiri kanan jalan.  Kalaupun semak belukar diantara pinus, hanya sedikit.  Terlihat hutan pinusnya terpelihara sehingga enak dipandang dan tentu saja juga sangat bagus untuk mengaso sambil menikmati semilir angin diantara pepohonan.

Hanya lima menit setelah kami memasuki hutan pinus, terlihat banyak mobil parkir di kiri jalan.  Uki sopir yang sekalian jadi pemandu kami membelokkan mobilnya ke arena parkir yang tertata rapi.  Setelah membayar Rp 10.000,- seperti halnya di tempat parkir lain dilokasi wisata, Uki menurunkan kami untuk kemudian dia mencari lokasi yang baik untuk memarkirkan mobilnya.

Kami hanya bengong melihat hutan pinus. Kenapa lokasi ini bisa jadi destinasi wisata?  Sementara yang terlihat hanya pinus berjajar.  Kami makin penasaran melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang unik.  Tidak ada pemandangan yang menarik seperti di Tebing Breksi dan juga tidak ada bangunan kuno seperti di Prambanan atau Borobudur.

Selesai menempatkan mobil di parkiran, Uki mengajak kami keluar arena parkir.  Hanya berjarak 50 meter dari arena parkir terlihat sebuah gapura kayu sederhana dan disampingnya terdapat bangunan yang juga sederhana.

Setelah membayar masing-masing Rp 2.500 kami masuk ke arena Hutan Pinus Mangunan yang sudah ditata baik.  Jalannya terdiri dari batu yang disusun.  Dikiri kanan jalan ada taman dan bangunan  yang dibuat lucu.  Tempat duduk dari kayu terdapat disetiap sudut.  Rumah kayu punya halaman yang tertata baik untuk istirahat.  Kami terus mendaki jalan kecil sampai kesebuah rumah pohon.  Dari rumah pohon ini pemandangan lepas ke samudra hindia.   Beruntung kami sampai di hutan pinus sebelum matahari terbit.  Kami dapat menyaksikan indahnya sunrise walau sudah dipenghujung.

Dari Hutan Pinus Mangunan kami turun menuju Seribu Batu Songgo Langit.  “Songgo Langit artinya Penyangga Langit”, jelas bapak Suyitno salah seorang petugas.  “Bukit ini dari kampung terlihat seperti penopang langit.  Makanya orang tua kita dulu memberi nama bukit ini Bukit Songgo Langit”.

Berbeda dengan Hutan Pinus Mangunan, di Seribu Batu Songgo langit ini lebih banyak tempat untuk bisa dijadikan sebagai latar belakang foto untuk kenangan.  Pengelolanya kreatif.  Dari ranting kayu dibuat rumah-rumah kurcaci yang antik.  Ada jembatan kayu yang indah menyeberngai parit dan rumah pohon serta sarana out bound bagi yang berminat.  Disetiap sudut disediakan tempat selfi dengan berbagai keunikan.  Juga tersedia tempat buang hajat yang bersih dan rapi.

Menurut  Suyitno, lokasi tujuan wisata Seribu Batu Songgo langit dikelola sepenuhnya oleh masyarakat Songgo Langit.  “Lokasi ini hutan lindung milik kehutanan.  Kami di beri hak untuk mengelola dan menjadikannya sebagai tempat wisata”, jelas Suyitno.  “Tarif yang kami berlakukan mulai dari parkir sampai tiket masuk, itu sudah standar dari pemerintah daerah.  Hasilnya dibagi dua, 25 % untuk pemda dan 75% untuk kami pengelola”.

Satu hal yang sangat menarik adalah tidak ditemukannya kaki lima di lokasi wisata.  Sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan alam dengan bebas tanpa penghalang.  Pedagang ditempatkan dilokasi dekat dengan area parkir.  Tempat pedagang ditata dengan baik dan di sana tersedia berbagai keperluan mulai dari kuliner sampai cendera mata.  Pengungunjung tinggal pilih mana yang disukai.  Jalan menuju destinasi wisata dibangun lebar dan mulus.

Suyitno meyebutkan bahwa lokasi wisata Seribu Batu Songgo Langit ini telah dikelola masyarakat sejak lima tahun yang lalu.  “Semua yang bekerja di sini adalah pemuda kampung Songgo Langit.  Mulai dari tukang parkir, kebersihan, berjualan sampai penjaga dan penjual tiket masuk”, jelas Suyitno lebih lanjut.  “Alhamdulillah dengan adanya pembukaan area wisata ini, ekonomi masyarakat jadi lebih baik dan pengangguran berkurang.  Semua masyarakat bergotong royong untuk mengembangkan fasitas agar pengunjung lebih tertarik.   Untuk pembangunannya kami gunakan dana yang 75 % bagian kami”.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER