SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Ustadz Yun Setuju Negara Bukan-bukan Ala Gus Dur

Ustadz Yun Setuju Negara Bukan-bukan Ala Gus Dur

WARGASERUJI – Ustadz Yunahar Ilyas atau sering dipanggil Ustadz Yun, pernah cerita tentang Gus Dur. Gus Dur pernah ditanya, apakah Indonesia negara Islam? Jawab Gus Dur, bukan. Ditanya lagi apakah Indonesia negara sekuler? Jawab Gus Dur, bukan. Terus ditanya berarti Indonesia negara apa? Jawa Gus Dur, Negara Bukan-bukan. Untuk jawaban terakhir ini, Ustadz Yun setuju bahwa Indonesia ini adalah Negara Bukan-bukan.

Ustadz Yun menceritakannya dalam suasana berkelakar dalam sebuah kajian tentang sekulerisme dan liberalisme. Dalam kajian tersebut beberapa negara sekuler dan negara agama dijadikan contoh. Sedangkan Indonesia tidak termasuk dalam keduanya.

Indonesia adalah negara Pancasila. Demikian konstitusinya. Walau dalam sila pertama ada kata-kata Ketuhanan Yang Maha Esa, tak membuatnya menjadi negara agama.

Bahkan Ustadz Yun menceritakan kalau Bung Karno pernah menyatakan Pancasila diterima apa adanya tanpa perlu ditafsirkan. Sebab, jika Ketuhanan Yang Maha Esa ditafsirkan sesuai pemahaman umat Islam, tentu tidak akan sesuai dengan pemahaman warga Kristiani. Demikian pula sebaliknya.

Demikian uniknya Indonesia, sehingga beberapa peristiwa membuat heran orang luar negeri. Termasuk seorang syeikh dari timur tengah yang bertamu di Indonesia.

Dalam bayangan kebanyakan orang-orang Timur Tengah, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, sehingga dianggap negara Islam. Ketika syeikh berada di bandara di Indonesia, terkejutlah ia karena seperti berada di Eropa yang bebas pakaiannya.

Yang lebih mengherankan bagi syeikh ini, ada seorang wanita berpakaian rok mini menuju ke musholla. Ia heran, untuk apa wanita tersebut ke musholla. Lebih terheran-heran lagi ketika ia tahu si wanita kemudian masuk ke musholla, memakai mukena, mendirikan shalat, dan terlihat khusyuk pula.

Kata Ustadz Yun, bagi orang luar memang mengherankan. Namun, bagi orang Indonesia, sudah biasa.

Banyak orang Indonesia terpapar paham sekuler yang masuk dalam sendi-sendi hidup keseharian. Urusan dengan Tuhan hanyalah saat shalat dan ibadah yang bersifat ritual. Sedangkan sisanya, tidak dianggap ibadah, tidak ada kaitan dengan surga dan neraka.

Sejatinya, seorang muslim harus menganggap segala yang dikerjakannya bisa bernilai pahala. Bekerja bisa mendatangkan pahala bila diniatkan mencari nafkah untuk keluarga.

Terlepas dari status negara bukan-bukan ala Gus Dur, seorang muslim tentu bisa menempatkan diri dengan benar sesuai ajaran Islam. Bukankah sudah dilindungi konstitusi?

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER