Istilah Orientalisme tersusun dari kata “Orient” yang berarti Timur dan “Isme” yang berarti paham. Orientalisme merupakan sebuah istilah merujuk pada paham yang mengkaji tentang Timur, atau dengan kata lain dapat disebut sebagai suatu cara untuk memahami dunia Timur.
Adapun kegiatan para orientalis ialah mempelajari bahasa, sejarah, agama, kesusasteraan dan adat-istiadat bangsa-bangsa Timur dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa Barat lebih superior dibanding Timur.
Istilah orientalisme dipopulerkan oleh Edward W. Said (1935-2003 M) seorang Orientalis penganut Kristen asal Palestina. Menurutnya, orientalisme adalah mode pemikiran yang didasarkan pada pembedaan ontologis dan epistimologis antara Timur dan Barat. Edward menambahkan bahwa orientalisme adalah suatu aliran penafsiran yang materinya adalah Timur, baik itu orang-orang, peradaban maupun lokasinya.
Para Orientalis sendiri lebih menyukai disebut sebagai Islamolog dibanding Orientalis, karena istilah Islamolog dianggap lebih sopan dan terkesan lebih akademis. Tentunya antara Islamolog dan Orientalis tidak dapat disamakan, karena Islamolog mempelajari Islam tanpa adanya tujuan untuk melemahkan Islam itu sendiri, berbeda dengan Orientalis yang mempelajari Islam dengan tujuan untuk melemahkan Islam.
Aktifitas orientalisme di mulai sekitar abad ke 11 atau sebelum terjadinya perang salib. Saat itu banyak orang Barat yang belajar di dunia Islam, karena saat itu masih masa ke emasan Islam. Para orientalis melakukan kajian dan menerjemahkan berbagai teks dari dunia Islam ke bahasa orang-orang Eropa.
Masa ini merupakan transmisi berbagai ilmu pengetahuan dari Timur ke Barat. Dan bahasa Arab dipandang sebagai bahasa yang harus dipelajari dalam bidang ilmiah dan filsafat, sehingga bahasa Arab kemudian dimasukan ke dalam kurikulum berbagai perguruan tinggi di Eropa.
Kemenangan Islam terhadap Kristen pada perang Salib yang ditandai dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ustmani memunculkan semangat Eropa untuk menyerang Islam dari berbagai sisi. Orientalisme semakin memiliki gambaran yang keliru tentang Islam. Para orientalis menyangkal kebenaran Islam, menyangkal kenabian dan kitab yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Peter Agung (sekitar 1094-1156 M) sebagai kepala Biara Cluny, di Perancis, memerintahkan para sarjana Barat dan penerjemah untuk menerjemahkan teks-teks Arab ke bahasa latin yang kemudian memunculkan tuduhan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW dan Islam. Dengan tujuan untuk menimbulkan perpecahan dikalangan umat Islam dan menjadikan mereka penganut Kristiani.