Syi’ah berasal dari bahasa arab yang artinya “pengikut”. Jadi Syiah Ali berarti pengikut Ali. Sedangkan menurut arti istilah yang dimaksud dengan golongan syi’ah adalah golongan yang berkeyakinan bahwa Sayyidina Ali ra. adalah orang yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW. Karena menurut mereka Nabi Muhammad SAW telah berwasiat bahwa pengganti beliau sesudah wafat adalah Sayyidina Ali ra.
Syiah merupakan aliran yang paling tua dalam Islam. Kelahiran sekte syi’ah seringkali dikaitkan dengan hari Saqifah. Pada hari tersebut terdapat sekelompok ummat Islam yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi khalifah, karena merupakan salah seorang yang paling pertama masuk Islam, yang paling banyak menghadapi bencana dan berjuang fisabilillah, bahkan punya hubungan nasab atau hubungan keluarga yang dekat dengan Nabi.
Namun Sayyidina Ali tidak jadi diangkat, karena Sahabat Umar dan sebagian ummat Islam lainnya telah membai’at Abu Bakar sebagai khalifah di hari Saqifah tersebut. Sayyidina Ali sendiri tidak sempat menghadiri rapat pembai’atan karena sibuk mengurusi jenazah Nabi dan mempersiapkan waktu pemakaman beliau.
Ketika sayyidina Ali diberi tahu tentang pembai’atan Abu Bakar, ia tidak langsung mau bai’at kepada Abu Bakar dikarenakan untuk menjaga perasaan istrinya, Fatimah. Setelah Fatimah wafat, barulah kemudian sayyidina Ali membai’at Abu Bakar, sebagaimana ia juga kemudian membai’at dua sahabat setelah Abu Bakar yaitu Umar bin Khattab dan Ustman bi Affan.
Sebenarnya istilah syi’ah Ali sudah ada dimasa Nabi. Para sahabat seperti Salman Al Farisi, Abu Dzar Al Ghifari, Miqdad dan Ammar dikenal dengan nama syiah Ali atau pengikut Ali. Bahkan pada saat perseteruan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, diketahui terdapat 2 macam syi’ah, yaitu syi’ah Ali (pengikut Ali) dan syi’ah Muawwiyah (pengikut Muawwiyah). Akan tetapi syi’ah Ali-lah yang kemudian lebih populer dengan sebutan syi’ah saja. Sehingga jika disebut syi’ah, maka yang dimaksud adalah paham atau aliran yang meyakini bahwa pemimpin setelah Nabi wafat adalah Sayyidina Ali ra.
Orang-orang syi’ah berkeyakinan bahwa sejak semula Rasulullah SAW telah memilih dan menetapkan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti beliau apabila beliau wafat. Adapun konsep dasar pemikiran mereka tentang keutamaan sayyidina Ali ini, yaitu berlandaskan pada turunnya ayat 7 surah Al Bayyinah yang artinya “sesungguhnya orang yang berbuat baik dan beramal saleh, mereka adalah sebaik-baik makhluk”.
Ketika ayat tersebut turun, Rasulullah meletakkan tangan beliau ke pundak Sayyidina Ali seraya berkata “Hai Ali engkau dan Syia’ah mu adalah sebaik baik penghuni bumi”. Dan pada saat peristiwa tersebut berlangsung, banyak Sahabat Rasul yang menyaksikannya. Dari peristiwa inilah kaum pendukung Ali bin Abi Thalib meyakini bahwa hanya Ali yang pantas menjadi khalifah setelah Rasulullah wafat.
Syia’ah memunculkan mazhabnya pada masa khalifah Ustman bin Affan ra lalu tumbuh dan berkembang pada masa kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib ra. Semakin lama, mazhab ini semakin banyak diterima oleh manusia, mereka kagum dengan kemampuan agama dan ilmu dari Sayyidina Ali. Kemudian kekaguman ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menyebarkan pemikiran pemikiran mereka baik yang ekstrem maupun yang moderat.
Pada saat terjadinya fitnah besar-besaran atas terbunuhnya Ustman, terjadi perseteruan antar kelompok. Terdapat sekelompok orang bergabung dibawah panji Sayyidina Ali dan sekelompok lainnya mendukung Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra. Saat itu Sayyidina Ali menjadi khalifah bukan atas suara bulat karena sekelompok orang menuntutnya atas nama darah Ustman bin Affan, karena Sayyidina Ali dianggap tidak serius membelanya atau karena ia tidak menyelidiki kasus pembunuhan tersebut.
Dari pertikaian kelompok Ali dan Mu’awiyah, sekelompok orang keluar dari barisan Sayyidina Ali, merekalah yang disebut kaum Khawarij. Dan sebaliknya ada pula yang pihak yang tetap mendukung dan membelanya Sayyidina Ali, mereka itulah yang disebut sebagai benih-benih pertama dari aliran syiah, walaupun belum dapat dipastikan bahwa apakah istilah syi’ah sudah diterapkan pada mereka sejak saat itu.
*dirangkum dari berbagai sumber