Rupiah mengalami pelemahan nilai tukar yang cukup signifikan terhadap dollar amerika. Hal ini tentunya membuat sebagian pelaku usaha mengalami kerugian yang cukup signifikan, bahkan dapat mengalami kebangkrutan. Hal ini merupakan semacam siklus tahunan yang cukup sering menimpa negara-negara berkembang dimana perekonomian negara tersebut sangat bergantung kepada negara-negara maju. Hal ini terkadang diperkeruh oleh berbagai analisa ekonomi dari berbagai pihak yang terkadang membuat kepanikan investor yang akhirnya melakukan penarikan modal secara utuh atau sebagian modalnya dengan melakukan penjualan sahamnya.
Diberbagai media massa para netizen juga bersuara dengan berbagai pendapat yang optimis dan pesimis. Sangat jarang sekali kita temukan solusi terhadap permasalahan tersebut. Bagi yang optimis mengatakan bahwa kondisi ini akan berangsur-angsur pulih dengan tetap percaya kepada pemerintah. Bagi yang pesimis mengatakan bahwa negara berada diambang kebangkrutan dikarenakan harus membayar hutang negara dalam satuan dollar amerika yang secara otomatis akan membengkak dengan sendirinya. Inilah fenomena di negara kita menjelang pemilihan presiden pada tahun 2019.
Efek negatif ini tentunya juga memiliki dampak positif selain memiliki dampak negatif. Sebagian berpendapat dampak positifnya tidak dapat dirasakan semua orang dan hal ini tidak dapat disalahkan. Pada usaha kecil dan menengah maupun yang besar dengan pasar ekspor tentunya merasakan hal yang menggairahkan dengan kondisi ini. Kontrak kerja yang sudah dilakukan dalam bentuk mata uang dollar amerika akan memberikan keuntungan tersendiri. Hal ini akan semakin menguntungkan ketika perusahaan tersebut menggunakan material lokal sebagai bahan baku industrinya.
Kami contohkan dalam perusahaan furniture dengan bahan baku kayu yang disuplai oleh kayu-kayu lokal, tentunya mereka menambah margin keuntungannya. Hal ini berbeda dengan perusahaan yang menggunakan bahan baku kayu impor seperti kayu oak dan white ash yang tidak tumbuh di Indonesia.
Pembangunan infrastruktur pemerintah tentunya diharapkan mampu menumbuhkan industri yang kuat dengan kondisi dari hulu sampai ke hilir berasal dari material lokal. Dengan kondisi tersebut tentunya perubahan nilai tukar mata uang dapat dikurangi dampak negatifnya.
Gerakan cinta produk lokal tentunya juga akan memperkuat nilai rupiah terhadap mata uang asing. Dengan perputaran ekonomi yang kuat dalam suatu negara, maka kekuatan dasar ekonomi tersebut akan semakin kuat. Pemakaian produk lokal tentunya akan mampu memberikan perlindungan terhadap para pengusaha di Indonesia.
Selain infrastruktur tentunya pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan terhadap produk lokal untuk melindungi dari serbuan produk impor. Ketika pasar lokal sudah diserbu oleh produk impor maka produsen lokal akan mengalami gulung tikar. Dan ketika nilai tukar rupiah jatuh maka konsumen akan mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk menghadapi kondisi tersebut.
Seharusnya memang ekspor bergairah min… faktanya harga balok Albasia bahan baku barecore harganya anjlok terjun bebas…
Saya masih ada beli albasiah lokal buat produk eksport.