Mardani Ali Sera, tokoh yang lagi kontroversi karena tagarnya #Gantipresiden2019 menjadi ‘booming’ dan mendapat sambutan antusias masyarakat melalui kaos yang saat ini lagi diburu.
Bak jamur dimusim hujan lapak – lapak jualan online seperti Bukalapak, Tokopedia, OLX, Shopee mulai dipadati dagangan kaos dengan tagar #Gantipresiden2019 dengan design – design yang menarik dan menggelitik.
Makin maraknya penjualan kaos dengan tagar #Gantipresiden2019 tak lepas dari promosi gratis yang secara tidak langsung disampaikan Presiden Joko Widodo sendiri dalam sambutan di hadapan relawan di Bogor yang oleh beberapa pengamat diduga disampaikan diluar teks dan dalam nada yang tinggi.
Pendukung fanatik Jokowi tentu rame – rame menolak menyebut presiden marah. Seolah melepas kekesalan atas berbagai fitnah dan nada miring atas kinerja pemerintah selama 3.5 tahun ataupun pribadinya termasuk menjawab isue Indonesia bubar tahun 2030.
Komentar terhadap kaos dengan tagar #Ganti presiden2019 menjadi santapan empuk warganet dan media-media nasional.
Siapa sebetulnya Mardani Ali Sera?
Banyak warga masyarakat yang tidak kenal. Nama Mardani sedikit berkibar dikalangan warga DKI, ketika dipasangkan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur. Popularitas Mardani kalah jauh dengan Hidayat Nur Wahid yang sempat menjadi satu-satunya pendulang suara terbanyak yang terpilih dalam pileg DPR diawal reformasi.
Hidayat Nur Wahid sempat menjadi Cagub DKI melawan Fauzi Bowo didukung partainya sendiri, dikeroyok partai lain walaupun akhirnya kalah dengan elegan.
Mardani Ali Sera mulai menarik masyarakat ketika mulai sering tampil di ILC dengan argumen – argumen dan tutur kata serta gaya bicara yang terukur dan tertata dengan intonasi yang enak didengar. Ketika salah atau kebablasan dalam mengutip pernyataan Prabowo Subianto, tidak segan langsung menganulir pernyataannya dan minta maaf, seperti diperlihatkan pada ILC 3 April 2018 dalam tema Prabowo Mulai Menyerang.
Sikapnya rendah hati dan tidak ambisius sudah teruji. Menjadi kader partai yang loyal dimanapun ditempatkan. Kebesaran hatinya ditujukkan lagi ketika dibatalkannya mendampingi Sandiaga Uno dengan tetap semangat memenangkan pasangan Anis-Sandi dengan menjadi Ketua Team Pemenangan Anis –Sandi.
Mardani Ali Sera lahir di Jakarta 9 April 1968, tepat sehari berulang tahun yang ke 50 pada saat tulisan ini dibuat. Mardani adalah Alumni SMA 1 Jakarta dan kuliah sarjana Fakultas Teknik jurusan Mesin Universitas Indonesia.
Ketertarikan di politik berawal dari bibit di SMA I Jakarta ketika aktif di Kegiatan Rohani Islam (Rohis) dan lebih matang lagi ketika ikut dalam pendidikan tarbiyah yang aktif di selenggarakan di Kampus UI, demikian Wikipedia menulis riwayat hidupnya. Gelar Doktor diperoleh dari UTM di Malaysia pada 2004 dan sebelumnya menyelesaikan pasca sarjananya di universitas yang sama.
Mardani Ali Sera mengenal Partai Keadilan embrio dari PKS justru ketika mengambil pasca sarjana di Univeritas Teknologi Malaysia.Masuk dalam kepengurusan PIP (Pusat Informasi Partai) sebagai anggota di UTM Johor Baru Malaysia pada tahun 2000.
Ketika kembali ke tanah air, DR Mardani Ali Sera M.Eng pada tahun 2003 terus berkiprah di PKS dan ikut aktif menjadi pengurus partai di tingkat kecamatan hingga puncaknya sebagai wakil sekertaris jendral DPP PKS pada kepenguruan 2005 – 2010. Anehnya politisi yang menjadi dosen di Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta ini kurang beruntung melaju sebagai legislator melalui pilihan legislatif.
Mardani masuk menjadi anggota dewan karena pergantian antar waktu menggantikan Arifinto pada 2011 yang mengundurkan diri karena kasus gambar video asusila yang dibuka saat rapat di DPR dan tertangkap kamera wartawan.
Belakangan beredar di kalangan netizen permintaan maaf wartawan yang sengaja mengirim video porno tersebut dan menyatakan penyesalannya setelah keluar dari medianya. Arifinto sendiri telah meninggal pada usia 55 tahun pada september 2016, Allahu yarham.
Pada pilihan legislator 2014 Mardani kembali gagal terpilih menjadi anggota dewan. Pada 2017 Mardani kembali masuk Senayan menggantikan kursi yang ditinggalkan Saddudin pada 23 pebruari 2017 karena mencalonkan diri menjadi Bupati Bekasi dengan Ahmad Dhani Prasetyo sebagai calon wakil bupati yang akhirnya gagal.
Tagar yang masih dianggap sebelah mata oleh Eva K Sundari anggota DPR dari PDIP karena ” Tidak punya subyek yang jelas sebagai lawan petahan dan hanya mempertentangkan dengan kaos atau mug”, demikian kata Eva pada Talk Show Apa Khabar Indonesia pagi TV One 10 april.
Mardani hanya menjawab dengan santai untuk menunggu saat yang tepat. Mardani sendiri sudah memberikan point-point bagaimana merealisasikan tagar #Gantipresiden2019 yang sudah beredar luas melalui medsos.
Pengalaman sebagai team Pemenangan Anies –Sandi pada Pilkada DKI yang situasinya kuranglebih sama dengan Ahok Gubernur DKI saat itu, dengan tingkat kepuasan 70 % yang malahan dengan elektabilitas jauh lebih tinggi dari Jokowi saat ini yang berkisar 40 – 50 %.
Ganti presiden adalah hal yang lumrah dan sesuai konstitusi untuk mengadakan perhelatan pemilihan umum setiap 5 tahun sekali, demikian Mardani menulis.
Menganalisa dan meneliti serta membuat penilaian bagi para calon pemimpin negara adalah hal yang sah baginya. “Adalah sah juga bagi kita untuk membuat kajian bahwa calon pemimpin Negara, yang ini berkualitas, dan yang ini tidak berkualitas,” tutur Mardani.
“Tidak ada unsur antara like and dislike secara personal,” tambahnya lagi.
Untuk hal ini nampaknya Mardani jujur dan hanya untuk kebaikan bangsa ini kedepan dia berani menjadi ‘frontmen’ nya PKS. Mardani tidak sakit hati di ‘delet’ pada ‘last minute’ dari Cawagub DKI yang saat itu sebagai penantang petahana, padahal besar kemungkinan meraih kemenangan karena dukungan masip seluruh umat Islam yang marah karena perlakuan tidak adil pada penista agama.
Mardani oleh Prabowo disebut sebagai Panglima kemenangan Anies-Sandi pada sambutan kemenangan dihadapan pendukunya. Hal ini mengingatkan pada Pahlawan Perang Khalid Bin Waleed yang pada zaman Khalifah Umar Bin Khattab dicopot dari jabatan panglima dan menjadi prajurit biasa namun tetap ihlas berperang hingga Romawi dikalahkan.
Perangnya Panglima Khaleed Bin Waleed dan baktinya pada agama yang telah dipeluknya tidak berbeda ketika menjadi prajurit biasa. Baktinya sebagai panglima yang memerintah sama dengan baktinya ketika menjadi prajurit yang diperintah, itulah Khaleed sang panglima yang tidak pernah terkalahkan dalam setiap perangnya.
Mardani yang dikhalayak teman partainya malah sering disebut sebagai Jokowi Lovers pada awal kemunculan Joko Widodo yang fenomenal dengan kesederhanaan dan merakyat ikut membuat hatinya tertambat juga.
Menyadari pentingnya presiden yang harus memimpin negeri sebesar Indonesia yang harus “dinahkodai oleh pemimpin yang baik, padahal kondisi saat ini kian hari menghawatirkan “, demikian dia menyebutnya maka “kebutuhan memenangkan kedaulatan dan kesejahteraan tidak bisa dihindarkan lagi kedepan”.
“Cara pertama untuk memilih nahkoda baru adalah dengan mengubah ‘ mindset’ kita bahwa Pak Jokowi dapat dikalahkan,“ tuturnya. Yang kedua adalah kerja keras umat yang berjuang dengan ikhlas tak kenal lelah dan tak kenal waktu dan ke tiga dengan pencapaian prestasi kerja pemerintahan yang tidak sesuai target dan janji menjadi amunisi tambahan .
Revolusi mental yang tidak mengubah budaya antri, budaya sopan dan disiplin berkedaraan dan mestinya menjadi fokus untuk merealisasikanya, menjadi kegundahan lain Mardani.
Pada akhirnya pergantian presiden yang konstitusional pada 17 April 2019 hari Rabu, atau delapan hari setelah hari ulang tahunya ke 51 yang diangankan Mardani menjadi realitas atau hanya angan -angan.Waktulah yang akan menjawab.
Hanya saja ayah dari sembilan putra terdiri dari empat putra dan lima putri ini optimis akan tercapai dengan ajakan untuk makin mengencangkan ikat pinggang, menyatukan barisan dan mencitai bangsa dan negeri ini dengan tulus.
“Selalu mendekatkan diri pada Allah Swt adalah hal sangat utama karena rumusnya jelas, bahwa kemenangan itu dari sisi Allah dan akan diberikan pada siapa yang Dia kehendaki, Wamannashru illa min indillah”.
Nampaknya kita akan makin sering menyaksikan argumen-argumen santun tapi lugas dan berisisi ala Mardani Ali Sera di ILC mendatang, bintang baru ILC yang menggantikan era Aboe Bakar Al Habsy dan Fahri Hamzah, kawan separtai yang lebih dulu tampil.
Mantap
Hebat dan tepercaya…
Cerdas,berani,mantap
Berani dengan kebenaran ini hebat
Mantaaaaap cerdas