Memperhatikan berbagai Timeline, FP dan Grup Relawan TGB, banyak hujatan, cacian dan bullyan kepada TGB sejak beliau membuat pernyataan kontroversial mengenai dukungan dirinya terhadap Presiden Jokowi untuk menjabat 2 periode.
Hujatan maupun bullyan ini bisa jadi sebagai pertanda kuatnya perhatian masyarakat kepada TGB, kuatnya pengaruh beliau kepada masyarakat dan mungkin dirasakan menjadi ancaman terhadap oposisi dan para pendukung yang mengusung hestek #2019GantiPresiden. Dalam hal lain bisa juga sebagai bentuk kekecewaan. Artinya, beliau (cukup) berpengaruh dalam penentuan elektabilitas seorang Jokowi yang didukungnya untuk menjabat 2 periode sebagai Presiden, maupun elektabilitas dirinya sendiri.
Dengan banyaknya cacian, makian dan bullyan, bisa jadi telah membuat elektabilitas TGB semakin meningkat seiring dengan simpati masyarakat kepadanya. Tentu saja hal ini akan menguntungkan Jokowi.
Dapat dilihat dalam beberapa FP Relawan TGB yang jumlah anggotanya sampai ratusan ribu orang, ketika ada satu akun yang mencaci TGB, sontak saja akun-akun lain dalam FP tersebut membela TGB.
Kelas seorang ulama seperti TGB sangat berbeda dengan kelas ulama dan tokoh nasional lainnya yang pro Jokowi seperti SAS atau yang lainnya.
Selama ini TGB dikenal sebagai ulama yang berpengaruh dan dikenal sejalan dengan para pendukung oposisi, beliau berpengaruh bukan hanya di NTB juga di Indonesia secara umum. Beliau berilmu tinggi dengan jenjang pendidikan yang jelas, berlatar belakang keluarga Ulama dan keturunan yang jelas, bicaranya yang jelas, runut dan lembut, seorang Doktor (S3) Tafsir Hadits (catat: bukan Doktor Honoris Causa). Beliau berhak untuk berijtihad atau dalam bahasa sederhananya, berhak untuk mengeluarkan pendapat atau teori yang dapat diikuti oleh umat dikarenakan jenjang pendidikannya tersebut.
Beliau Gubernur NTB 2 periode dan ketua Alumni Universitas Al Azhar yang pastinya memiliki berbagai koneksi di luar negeri seperti timur tengah. Dan mungkin banyak lagi kalau mau ditelusuri.
Jika oposisi tak hati-hati dalam menangani dan menghadapi “permasalahan” dukungan TGB kepada Jokowi ini, bisa-bisa dukungan yang ada selama ini kepada oposisi, akan berbalik kepada TGB apalagi jika memang beliau jadi cawapres Jokowi.
Tokoh-tokoh oposisi sebaiknya segera bersuara untuk meredam para pendukung #2019GantiPresiden agar berhati-hati dalam berkomentar. Masyarakat mungkin sudah mulai muak juga melihat perilaku pendukung hestek #2019GantiPresiden yang dengan mudahnya menghujat dan membully orang yang berbeda dengan mereka. Mau orang biasa, politikus, pengamat, ustadz bahkan ulama, semua dipukul rata saja.
Kecuali mungkin jika ada fatwa ulama mayoritas yang mengatakan bahwa orang-orang yang Pro kepada Jokowi atau yang ada dalam barisan Jokowi adalah kaum Munafiq atau Fasiq atau Khawarij yang wajib di perangi. Kalau begini, lain ceritanya.
Dalam satu titik, tidak salah juga jika TGB bicara mendukung 2 periode seorang Presiden yang notabene adalah pemimpin dari dirinya yang seorang Gubernur masih menjabat aktif saat ini. Malah akan terlihat aneh dan lucu jika seorang Gubernur aktif tidak mendukung dan berkata Presiden saat ini cukup menjabat 1 periode saja. Dalam pergaulan manapun hal ini pasti tak dibenarkan.
Bahkan seorang Ustadz dari Medan yang bernama Fuad Ahsanul Saragih dibully karena mencoba meluruskan perkataan “cebong” kepada orang lain, padahal jelas-jelas beliau adalah pro hestek #2019GantiPresiden yang mencoba memberikan pemahaman kepada masyarakat beberapa mudharat dalam pandangan Islam mengenai perkataan “cebong” tersebut.
Berbeda bisa saja jadi musuh, tapi bukan berarti semua yang berbeda berarti musuh. Hati hati dengan hujatan dan bullyan yang diarahkan pada TGB, resikonya bisa-bisa #jokowi2periode.
#IslamSolusiIndonesia https://t.co/56b4KRdBiQ
@iwan_ideas Bisa jadi bumerang