SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Benarkah Kegagalan Pemerintah Menjadi Keberhasilan Oposisi?

Benarkah Kegagalan Pemerintah Menjadi Keberhasilan Oposisi?

Tahun 2018 benar-benar menjadi ujian untuk Bangsa Indonesia baik dalam menjaga persatuan dan kesatuan maupun kompetensi bangsa ini dalam menyelenggarakan acara-acara yang bersifat internasional. Selain itu bangsa ini juga didera oleh musibah yang beruntun, mulai dari kecelakaan alat transportasi maupun bencana alam seperti gempa dan tsunami.

Pemerintah benar-benar harus mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menyelesaikan semua permasalahan bangsa ini. Keberhasilan dalam menangani musibah dan menyelenggarakan acara bertaraf nasional akan menjadi tolok ukur terhadap kemampuan pemerintah. Belum lagi hantaman pelemahan rupiah terhadap dolar yang membuat nilai hutang pemerintah secara otomatis akan naik sesuai dengan fluktuasi perubahan nilai tukar uang.

Kontestasi pemilihan Presiden yang menghadirkan Bapak Joko Widodo sebagai petahana dan Bapak Prabowo Subianto menyajikan tanding ulang Capres sebagaimana tahun 2014.

Pencapaian pemerintahan saat ini selama periode 2014 – 2018 tentunya menjadi dasar untuk para pemilih menentukan pilihannya nanti. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi petahana dan juga oposisi.

Terkadang muncul kesan jika pemerintah gagal maka oposisi akan mudah meraih simpati para pemilih dan jika berhasil maka petahana akan mampu mempertahankan para pemilihnya. hal ini tentunya secara otomatis kegagalan pemerintahan akan menjadi “angin segar” bagi oposisi.

Hal ini dapat kita amati bagaimana beberapa tokoh-tokoh di oposisi dalam menyuarakan kegagalan pemerintah terkadang tidak memakai data yang valid. Sebagai contoh pembangunan waduk dan kemerosotan nilai tukar rupiah di media sosial beberapa waktu yang lalu.

Tentunya hal ini sudah menjadi hukum alam dikarenakan keberhasilan pemerintah secara otomatis menjadi sarana kampanye petahana. Dan semakin berhasil pemerintah maka semakin simpati masyarakat terhadap petahana.

Banyak harapan adanya visi misi dari pihak oposisi terhadap kondisi bangsa ini yang tentunya dapat menjadi menu pilihan dalam menentukan bangsa ini ke depan. Ketertinggalan dalam ekonomi, pendidikan dan olah raga menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa ini.

Jangan sampai tokoh-tokoh oposisi malah cenderung melakukan “pembiaran” atau bahkan “kegembiraan” ketika anak bangsa ini sedang bahu membahu untuk saling membantu menghadapi musibah bencana alam. Kesengsaraan akibat bencana alam merupakan ujian dan juga teguran bagi bangsa ini dan tentunya lupakan dulu kontentasi politik di negeri ini.

Tentunya semua pihak menyadari adanya istilah “Gusti ora Sare” atau Allah Maha Melihat (Tak Pernah Tidur) yang akan menyaksikan semua perbuatan baik dari tokoh-tokoh pendukung petahana maupun oposisi.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER