Bismillah hirrohmanirrohim
Media massa atau pers atau biasa dalam perbincangan sehari-hari disebut media adalah suatu wadah atau perantara penyaluran informasi kepada masyarakat luas. Menurut pemaparan para ahli, pengertian media dapat disimpulkan bahwa media merupakan suatu alat, sarana, perantara, penghubung, penyaluran sebuah pesan dan gagasan kepada penerima yakni khalayak luas.
Seperti postingan opini Bp. Ferry Koto pada postingan Seruji sebelumnya, bahwa media adalah mata dan telinga rakyat, sehingga penyampai informasi/berita sesuai fakta yang benar, yang hanya bersandar pada kepentingan masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.
https://seruji.co.id/kolom/opini/media-di-era-post-truth-rujukan-pada-kebenaran-objektif-atau-emosional/
Lantas bagaimana jika media tidak amanah dalam menyalurkan atau memberitakan sebuah berita kepada masyarakat?
Misalnya saja tidak mengungkap atau mencari tahu fakta sesungguhnya, menframing suatu berita untuk kepentingan lain, atau bahkan mengutip pernyataan netizen yang tidak mendidik sehingga menimbulkan prasangka-prasangka publik.
Seperti yang kita ketahui, media memiliki peran yang sangat strategis di kalangan masyarakat bahkan dunia. Media dapat mengangkat suatu hal yang hina menjadi emas dan dapat pula menghancurkan persepsi emas menjadi hina.
Media dapat mempengaruhi setiap pemikiran para pemirsa melalui tulisan dan kata-kata.
Sebagai contoh, sebut saja seorang vokalis band ternama Indonesia yang seharusnya hancur lebur nama besarnya akibat skandal video porno yang telah tersebar di media sosial, namun lagi-lagi media menyelamatkannya, membuat namanya kembali harum seolah-olah tak pernah ada skandal tersebut.
Sementara disisi lain, adanya islamophobia, mau atau tidak mau harus kita akui ada peran media di dalamnya. Islam yang anti kekerasan, islam yang cinta damai, dan islam yang suci harus terframing di tengah masyarakat luas bahwa islam dan teroris adalah satu.
Kembali lagi ke sebuah pertanyaan, Lantas bagaimana jika media tidak amanah dalam menyalurkan atau memberitakan sebuah berita kepada masyarakat?
Akan ada banyak sekali kerugian. Sebagai bagian dari kebohongan publik yang disebar luaskan, menutupi kebenaran yang ada.
Contoh, adanya berita yang terkait adanya kandungan babi pada salah satu merk mie instan ternama di Indonesia beberapa waktu lalu. Seandainya BPOM tidak mengklarifikasi informasi tersebut, coba bayangkan bagaimana dampak yang ditimbulkan dari berita tersebut? Kerugian perusahaan, nasib karyawan, dan lain sebagainya.
Untuk itulah perlunya bagi kita memilah mana media yang amanah dalam menyampaikan sebuah informasi tanpa embel-embel di belakangnya, benar-benar real sesuai fakta yang ada atau media yang hanya mengejar viewer semata demi keuntungan pribadi, namun dapat membuat kehebohan publik dengan mempublikasikan kebohongan.
Mari kita berpikir sejenak sebagai umat islam, bagaimanakah tanggung jawab kita di hadapan Allah kelak jika kita mengabarkan berita yang tidak sesuai dengan faktanya?
Atau bagaimana dosa berantai menjadi tersemat dan tercatat dalam diri kita jika kita adalah bagian dari media, mengabarkan berita yang tidak sesuai dengan fakta, lalu menyebar ke masyarakat luas hingga menjadi framming yang salah, kemudian timbul kerusuhan demi kerusuhan, prasangka buruk hingga berujung kepada peperangan sebagai akibat dari tidak amanahnya media dalam memberitakan suatu berita? Semoga kita bukan termasuk penyalur atau bagian dari mereka yang menanam dosa jariyah akibat menyebarkan suatu berita yang tidak sesuai fakta.
Batam, 12 Oktober 2019.
Berangkat dari sebuah kemirisan
Hezty Azalea