“Kalau bukan karena aku…”, sebuah kalimat yang tanpa kita sadari sering kita mendengarnya. Entah orang lain, orang terdekat kita, atau mungkin bahkan diri kita sendiri pernah berucap kalimat demikian.
Disadari maupun tidak, saat kita mendengar kalimat itu, penilaian kita terhadap orang tersebut adalah pasti orang itu sombong, sok, ujub diri, merasa bangga diri, dan merasa diri paling baik.
Namun tanpa kita sadari, saat kita tanpa sengaja mengucapkan kalimat demikian, apakah kita juga merasa bahwa diri kita sombong?
Sebuah kesombongan dan membanggakan diri merupakan suatu hal yang dibenci oleh Allah.
Seperti dalam firmannya, Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. Luqman 31: Ayat 18)
Terkadang saking merasanya kita telah melakukan banyak hal dengan kemampuan kita, atau karena jasa-jasa kita sukseslah suatu acara maupun orang lain, atau juga berkat kepandaian dan kecerdasan yang Allah titipkan untuk kita, maka kita merasa apa-apa yang kita dapatkan adalah hasil jerih payah kita semata, tanpa berfikir bahwa sikap tersebut adalah sebuah kesombongan, sehingga tanpa kita sadari telah membakar segala amal pahala kita di sisi Allah Azza wa Jallah.
Pernahkah kita berpikir bahwa apapun yang kita usahakan adalah karena izin Allah? Ataukah pernah kita berpikir bahwa apa-apa yang Allah karuniakan kepada kita berupa kecerdasan atau kemudahan membantu orang lain adalah salah satu bentuk ujian Allah pada kita?
Maka tak sepantasnya kalimat “Kalau bukan karena aku…” untuk diucapkan.
Karena segala tindakan kita akan sia-sia jika Allah tidak mengijinkan sedikitpun usaha yang sedang kita perjuangkan.
Adapun jika usaha tersebut berhasil, mungkin tanpa kita sadari keberhasilan tersebut tidak mengandung keberkahan untuk kita, akan tetapi justru mengurangi amal pahala kita.
Karena sejatinya sebuah pohon yang ditanam dengan pupuk kesombongan, tidak akan pernah membuahkan buah-buahan yang menyegarkan selain buah-buah busuk yang dipenuhi ulat.
Bahwa, sebuah usaha dan perjuangan yang diiringi dengan kesombongan tidak akan pernah membuahkan keberkahan kecuali bertambahnya kesombongan dan bertumbuhnya kedengkian di dalam hati.
Allah pun berkali-kali dalam Al-Quran memperingatkan kepada hambaNYA untuk tidak bersikap sombong lagi membanggakan diri.
Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman:
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا ۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 37)
Rosululloh pun bersabda dalam hadits qudsi, bahwa :
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR. Muslim)
Karena seperti yang kita ketahui, iblispun diusir oleh Allah karena sombong dan membanggakan diri.
Maka apakah kita rela mengikuti jejak iblis untuk berjalan ke arah neraka, membakar semua amal pahala kita tanpa kita sadari, padahal yang sedang kita perjuangkan adalah suatu amal shaleh?
Semoga kita selalu dihindarkan dari sifat dan sikap seperti ini. Aamiin.
(Sebuah tulisan pengingat diri)
Hezty Azalea