Melayu Sebuah Bangsa
Melayu, sebagai sebuah bangsa sudah eksis sebagai bangsa besar berabad-abad yang lalu. Bangsa Melayu, termasuk Aceh dan Minang, telah mendirikan Singapura, Malaka, Penang, dan berbagai wilayah lainnya di Asean. Hal itu tercermin dari keserupaan bahasa diantara mereka.
Sebagai bangsa, karakter manusia, sistem adat, hukum pemerintahan dlsb, telah berlangsung berabad-abad lamanya. Dalam skala negara, di Pulau Sumatera pernah berjaya tiga kerajaan besar yakni Sriwijaya berpusat di Palembang/Jambi, Kerajaaan Melayu di Riau/Medan dan Kerajaan Aceh
Ketika Islam datang ke tanah Sumatera, terutama pada abad ke-13, agama ini telah menjadi ajaran arus utama, terutama sekali dalam melindungi diri dari masuknya penjajahan Eropa ke Sumatera.
Papua Merdeka dan Nasib Sumatera
Gerakan Papua Merdeka saat ini telah menjadi kenyataan yang sulit dilawan. Berbagai kelompok masyarakat Papua yang disiarkan atau diviralkan mendukung Indonesia, umumnya dari orang-orang Papua beragama Islam alias kelompok minoritas di Papua.
Sebaiknya, kelompok-kelompok non Muslim, telah berdemonstrasi secara terang-terangan di seluruh pelosok Papua dan bahkan di Jawa, untuk merdeka.
Pada saat bersamaan, misalnya, Gubernur Papua sudah membuat pernytaan dikotomi secara terbuka, Papua vs. NKRI; “jika orang-orang Papua tidak diterima di NKRI, saya sudah juga menelepon Gubernur Papua Barat, untuk menarik pulang mereka ke Papua”. Pernyataan Gubernur Papua ini gampang ditelusuri beberapa hari lalu di bergbagai media.
Sebelumnya, Sekda Papua juga sudah menyatakan tanah Papua adalah tanah Israel. Israel disini diperkirakan sebagai sebuah negara, mengingat beberapa tahun lalu, bendera-bendera Israel berkibar secara terencana di Papua.
Selain itu, berbagai kelompok strategies di dunia, seperti Gereja-geraja Amerika, Israel, Ketua Partai Buruh Inggris, Senator di Australia dan bahkan Komisi HAM PBB, terlihat bersimpati pada gerakan Papua Merdeka. Hal ini sebelumnya juga sudah dilakukan negara-negara Pasifik, seperti Vanuatu dll.
Tuduhan dari kelompok Papua Merdeka adalah kolonialisme Indonesia atas Papua. Menurut mereka, pembangunan infrastruktur yang agresif misalnya dilakukan Jokowi, bukan untuk kesejahteraan rakyat Papua. Melainkan untuk memberi kemudahan kapitalis besar menguasai tanah-tanah Papua.
Keinginan Papua merdeka tentu akan mendapat perlawanan dari Negara Indonesia. Namun, sebuah refleksi penting dilakukan apakah 50 tahun Papua bersama Indonesia secara dominan merugikan Papua dan bangsanya?
Jika persepsi itu diamini maka pertanyaan terhadap Sumatera dan rakyatnya perlu pula mulai diselidiki.
Sumatera di masa lalu didatangi bangsa Eropa untuk membeli rempah-rempah dan lainnya. Kemudian mereka membuka perkebunan. Kemudian menambang emas. Kemudian pula menghisap minyak, dlsb. Hampir semua kekayaan Sumatera dihisap kolonial. Dengan Indonesia merdeka, apakah rakyat Sumatera mendapatkan keuntungan yang berarti saat ini?
Pertanyaan ini perlu penyelidikan dalam. Namun, membayangkan kebaikan bagi rakyat dan bangsa Sumatera kelihatannya jauh dari harapan. Dari 3,5 juta Hektar perkebunan Sawit, misalnya, 3 juta Hektar dikuasai Konglomerat yang tidak ada kaitannya dengan “Bangsa Sumatera”, sedangkan negara menguasai kurang dari 500.000 hektar. Belum lagi ladang ladang minyak, hutan, emas, dlsb.
Refleksi bangsa bangsa Sumatera atau Rakyat Melayu untuk melihat perbandingan kejayaannya di masa lalu dan nasibnya saat ini, tentunya bukan untuk menyerupai bangsa Papua, yang ingin merdeka. Kenapa? Karena secara kesejarahan, bangsa Melayu merupakan bagian dari pendiri Indonesia. Meskipun secara ras, bangsa Melayu, Jawa dan Papua mempunyai perbedaan yang historis.