WARGASERUJI – “Assallamu’alaikum”, terdengar suara didepan pintu sebuah rumah sederhana denga tatanan alami. Bergegas Ati menuju pintu depan untuk membukakan pintu rumah. Senyum khas Abdul dengan wajah lelah tapi selalu senyum ramah disambut istrinya tercinta.
“Gimana anak-anak ma, sekolah juga les-lesnya juga mengajinya,” tanya Abdul.
“Alhamdulillah anak-anak semangat mengaji, belajar juga lesnya. Mama bikinin kopi ya,” jawab Ati sambil bergegas ke dapur untuk membuatkan kopi bagi suaminya tercinta.
Beberapa hari ini, Ati sedang penuh keraguan setelah sering mengikuti kajian-kajian keagamaan yang sedang membahas tentang poligami. Ada rasa ketakutan dalam hatinya jika diam-diam suaminya memiliki wanita idaman lain.
Terkadang secara sembunyi-sembunyi ia memeriksa handphone suaminya saat sang suaminya tertidur. Hanya mendapatkan pesan-pesan komunikasi suaminya dengan kustomer suaminya.
Tapi hatinya terkadang gundah gulana, saat melihat suaminya bekerja keras untuk keluarganya, dengan bekerja di sebuah perusahaan masih sempat untuk melakukan kerja sampingan bahkan membantu bisnis istrinya. Disela-sela kesibukannya masih membantu beberapa pesantren dalam menyalurkan donasi atau kegiatan sosial keagamaan di lingkungannya. Ada rasa bersalah dalam hatinya tak mampu mendukung kegiatan suaminya, bahkan terkadang malah merepotkan suaminya untuk membantu usahanya.
Keuangan dalam keluarga juga tidak pernah bermasalah meskipun tidaklah berlebih, bahkan suaminya masih mampu menabung untuk memberikan kejutan-kejutan romantis atau membeli tanah untuk investasi masa depan keluarga.
“Pa, apakah papa merasa bahagia hidup bersama mama?” ucap Ati suatu malam pada suaminya.
Sembari tersenyum Abdul meraih tangan istrinya dan memegang erat sambil berkata, “Ma, kebahagiaan suami adalah ketika mampu memberikan terbaik untuk istri dan keluarganya. Bukan bahagia karena menerima sesuatu dari istrinya. Kenapa mama menanyakan itu?”
“Mama berpikir andai papa memiliki istri yang lain dari mama. Rasanya mama ingin berbagi kebahagiaan ini dengannya,” kata Ati membuat Abdul terhenyak.
Mata Abdul memandang ke luar jendela kamar, sambil pikirannya melayang jauh ke kejadian beberapa waktu lalu.
Saat itu Abdul melakukan kegiatan sosial yang harus berinteraksi dengan masyarakat. Abdul mengenal seorang wanita yang bernama Dian, janda anak satu yang ditinggalkan oleh suaminya. Wanita yang memiliki kepribadian menarik dan mandiri juga ibadah yang taat. Abdul sempat berinteraksi langsung dengannya bahkan ada candaan yang membuat Abdul tercekat.
“Mas Abdul, bisa bantu saya nggak?” tanya Dian tiba tiba waktu itu.
“Bantu apa mbak?” jawab Abdul.
“Bantu saya carikan pendamping hidup dan juga bapak buat anak saya yang memiliki kepribadian seperti mas. Inshaa Allah saya percaya sama mas Abdul,” jawab Dian.
Abdul terhenyak akan perkataan Dian yang tiba tiba tak pernah disangka menjurus ke arah itu.
Abdul menarik nafas panjang dan berkata, “Mba Dian, kalau disuruh mencarikan jodoh seperti saya susah. Kalau saya disuruh berpoligami juga masih mikir-mikir. Apakah saya mampu menjadi suami yang adil. Saya berani berpoligami jika istri saya yang mencarikan jodoh buat saya. Itu juga dengan alasan yang tepat”.
Abdul kembali menatap istrinya sambil memegang bahu dan mengecup keningnya.
“Ma, papa sangat sayang sama kamu. Kita melewati masa-masa bersama dari nol. Dari naik motor berdua, membangun rumah hingga memiliki bangunan layak huni juga kendaraan. Tak ada hasrat untuk mengkhianatimu apalagi menduakanmu,” ujar Abdul.
“Mama hanya ingin papa bahagia lahir bathin, ada kesibukan mama yang mungkin tidak bisa sepenuhnya memberikan perhatian pada papa. Sedangkan papa menghabiskan waktu untuk bekerja dan menjalankan usaha untuk mama dan keluarga,” jawab Ati sambil memeluk suaminya.
Abdul membalas pelukan Ati sambil mengusap rambut istrinya tersayang.
“Ma, sekarang kita berdoa saja minta terbaik dari Allah, karena pilihan Allah adalah pilihan terbaik. Jika ternyata papa akan berpoligami, maka mama yang harus mencarikan jodohnya. Seorang istri jauh lebih mengetahui pribadi suaminya terkadang melebihi suaminya sendiri. Papa percaya mama akan memberikan yang terbaik buat papa. Dan papa juga berjanji akan tetap menjadi seorang suami dan ayah yang baik,” tutur Abdul.
Kemudian mereka pun tidur dengan kedua tangan berpegangan seakan tak mau kehilangan.
Dalam hati Ati, memiliki rencana untuk mencarikan istri untuk suaminya yang mampu berbagi dalam mendukung kegiatan suaminya baik dalam pekerjaan, usaha maupun keluarga.