BATAM – Cinta merupakan suatu hal yang fitroh yang dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala pada setiap insan, seperti cinta seorang ibu yang luar biasa pada anak, cinta seorang ayah, cinta seorang saudara, hingga cinta suci kepada pasangan, dan cinta agung Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pada kita umatnya.
Cinta juga merupakan suatu hal yang sakral dan suci, suatu hal yang sulit didefinisikan, namun membawa kedamaian dalam hidup setiap insan yang memiliki cinta dalam hatinya.
Namun sadarkah kita ada cinta palsu yang tumbuh dalam diri manusia yang mengklaim memiliki cinta di dalam hatinya? Apakah itu sebuah pengkhianatan? Sebuah perselingkuhan? Atau suatu tipu daya seseorang terhadap pasangannya, sehingga hal tersebut dianggap sebagai suatu cinta yang palsu?
Hal itulah mungkin yang terlintas di dalam benak kita mengenai cinta palsu. Tetapi sadarkah kita bahwa cinta palsu yang sebenarnya adalah hal yang tidak banyak kita sadari namun benar-benar palsu?
Apakah itu?
- Kau katakan cinta pada Tuhan, rela mati demi agama yang kau anut. Tetapi amatlah jarang kau padaNya atau hanya sekedar mengingat namaNya. Bukankah itu sebuah kebohongan cinta?
- Bagi para orang tua yang sudah jelas cintanya pada anak-anaknya adalah sebenar-benar cinta, dan setulus-tulusnya cinta. Namun benarkah cinta itu asli dan murni? Atau justru cinta palsu? Kita sebagai umat islam amatlah paham bahwa hanya agama ini yang dapat menyelamatkan kita baik di dunia maupun di akhirat. Namun banyak para orang tua lalai dalam memberikan pengajaran dan pendidikan tentang agama hingga menyebabkan mereka lupa dan lalai bahwa ada hal yang lebih penting untuk dikejar demi keselamatan dunia dan akhirat. Dan tak jarang anak-anak dengan pendidikan agama yang sangat minim tumbuh menjadi pribadi yang liberal, sekuler, benci terhadap agama dan bahka bisa terjerumus pada perilaku amoral yang mengatasnamakan HAM, seperti LGBT. Membiarkan mereka tumbuh hanya dengan prestasi dunia tanpa pendidikan agama, bukankah hal itu juga wujud dari cinta palsu orang tua terhadap anak-anaknya?
- Cinta palsu anak perempuan pada ayahnya. Mengaku bahwa ayahnya adalah cinta pertamanya, super heronya bahkan menganggap ayahnya adalah laki-laki yang tidak pernah menyakitinya. Namun cinta seorang ayah yang tulus tidak terbalas indah oleh sang anak. Ia lebih memilih untuk pergi mendekati perilaku zina dengan pacaran, berlalu-lalang tanpa mengenakan hijab, yang membuat ayahnya kelak harus bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat kepada Allah. Membuat ayahnya perlahan-lahan, setapak demi setapak berjalan menuju jurang neraka. Bukankah hal itu merupakan cinta palsu?
- Begitupun cinta seorang istri pada suaminya. Mengatakan bahwa ia sangat mencintai pasangannya, tak dapat hidup tanpanya, belahan jiwanya. Namun ia mengumbar tubuhnya di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Berpakaian minim dan berjalan lenggak-lenggok di antara para lelaki yang bukan suaminya, lalu menuai banyak pujian dari laki-laki yang bukan suaminya. Bukankah itu adalah wujud dari sebuah pengkhianatan cinta, terlepas dari hal tersebut adalah salah satu bentuk pelanggaran agama yang mana kelak sang suami akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang istri lakukan?
- Pun sebaliknya, seorang suami yang mengaku sangat mencintai istrinya, namun membiarkan istrinya mengumbar apa yang tak pantas diumbar, berperilaku keji tanpa diberi nasehat, dan membiarkan istrinya melakukan apapun sekalipun itu jelas bentuk pelanggaran terhadap agama. Bukankah hal ini juga dapat dikategorikan sebagai cinta palsu?
Dan masih banyak lagi cinta palsu lainnya yang bisa kita urai. Namun sadarkah kita bahwa cinta yang kita banggakan itu kelak akan dimintai suatu pertanggung jawaban di pengadilan akhirat kelak?
Sungguh Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتاً
“Sungguh, hari pemisah (Hari Kiamat) adalah suatu waktu yang telah ditetapkan.” (QS.An-Naba’:17)
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ – وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ – وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ – لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS.Abasa:34-37)
Dari kutipan ayat di atas sudah jelas bahwa pada hari mencekam itu,setiap orang akan sibuk dengan dosanya sendiri, sibuk menghitung-hitung amalnya sendiri karena takut akan adzab pada hari kiamat. Disamping itu setiap orang juga takut bertemu dengan saudaranya, sahabatnya, orang tuanya, anak-anaknya, maupun pasangannya, karena takut dmintai pertanggung jawaban atas mereka.
Pun demikian dengan orang-orang yang dahulunya di dunia saling mencintai, hanya karena cintanya palsu tanpa ia sadari, maka cinta palsu yang dulunya kita banggakan itu justru mengantarkan kita kepada permusuhan abadi di akhirat kelak.
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.
“Orang-orang akrab yang saling mengasihi pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. az-Zukhruf [43]: 67)
Semoga cinta kita benar-benar cinta yang murni tanpa sebuah kepalsuan yang tanpa kita sadari akan menjerumuskan kita pada adzab Allah yang pedih. (HA)