Sejak acara ILC tadi malam, Selasa (7/8) yang bertema mendaulat UAS menjadi cawapres Prabowo, sampai hari ini belum juga ada kepastian tentang kesediaan UAS untuk mendampingi Prabowo. Berbagai pihak dalam koalisi keumatan memberikan pendapat beragam.
Pendapat pertama ada yang mengatakan bahwa ijtimak ulama itu tak wajib hukumnya, karena sifatnya hanyalah rekomendasi dari ulama. Ijtimak bukanlah fatwa ulama yang wajib diikuti demi kemaslahatan bersama. Jadi sah-sah saja jika Prabowo memilih cawapresnya selain daripada 2 nama hasil ijtimak ulama yaitu Habib Salim Segaf Aljufri (SSA) dan Ustadz Abdus Somad (UAS).
Pendapat kedua, mengatakan bahwa ijtimak ulama itu mau tak mau harus diikuti oleh Prabowo, jika tidak maka Prabowo akan ditinggal umat dan kemungkinan besar akan kalah. Hal ini berkaitan sekali dengan kata sambutan Habib Rizieq Shihab dalam acara Ijtimak Ulama, beliau mengatakan tentang 3 hal yang sangat penting sekali, yaitu:
- tentang elektabilitas, akan digenjot habis-habisan bersama ulama dan umat
- tentang logistik, akan digalang dana habis-habisan bersama ulama dan umat
- tentang posko pemenangan, maka setiap rumah umat diseluruh pelosok tanah air akan jadi posko-posko pemenangan
Habib Rizieq mengatakan bahwa cawapres harus juga disepakati oleh partai koalisi, baik untuk pasangan Prabowo-SSA atau Prabowo-UAS, dan “direstui” forum ijtimak ulama. Apabila kedua hal tersebut telah terlaksana maka capres dan cawapres tersebut membuat kontrak politik dengan ulama dengan tujuan demi kemaslahatan bangsa dan negara.
Andai saja ada kesepakatan lain oleh partai koalisi keumatan diluar hasil ijtimak ulama, misalkan Prabowo memilih cawapres Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), maka jika kita merujuk kepada apa yang diucapkan oleh Habib Rizieq dalam kata sambutannya, bisa saja dimungkinkan partai koalisi keumatan “meminta restu” pasangan Prabowo-AHY ini kepada forum ijtimak ulama agar bersidang kembali untuk memberikan restunya. Dengan kata lain ijtimak ulama diartikan bisa jadi tidaklah bersifat Final.
Juga dalam kata sambutannya tersebut, Habib Rizieq berpesan agar menjaga kesetiaan dan persatuan. Maksudnya mungkin bukan hanya kepada partai koalisi keumatan tetapi bisa juga kepada seluruh umat Islam di Indonesia agar selalu setia dan bersatu bersama Ulama.
Dengan adanya jaminan tentang logistik dan posko-posko pemenangan bagi Prabowo apabila mematuhi Ijtimak Ulama maka akan ada mobilisasi besar-besaran dari para ulama dan umat untuk memenangkan Prabowo pada Pilpres 2019.
Tidak ada alasan bagi Prabowo untuk memilih cawapres diluar hasil ijtimak ulama atau sesuai dengan restu ulama. Dengan mematuhi ijtimak ulama dan restu ulama maka bisa jadi lebih dari separuh pekerjaan tim sukses partai koalisi keumatan pasangan capres cawapres sudah tertangani dengan “gratis”, jika dihitung dari segi biaya dan tenaga yang harusnya dikeluarkan oleh tim sukses.
Lalu bagi yang berpendapat ijtimak ulama hanyalah rekomendasi belaka dan tidak harus dipatuhi maka inilah kesalahan besar.
Memang benar ijtimak hanyalah rekomendasi, tetapi adalah kewajiban kita sebagai umat Islam untuk mematuhi ulama sebagai pewaris Rasulullah dan menghargai kerja keras ulama dalam sumbang pikiran demi kemaslahatan bangsa dan negara. Kalau bukan umat Islam sendiri yang menghargai ulama-ulamanya, lalu siapa lagi yang akan menghargai ulama?
Dan ulama tidak hanya memberikan Rekomendasi saja lalu selanjutnya “terserah anda”. Tidak seperti itu. Tetapi ulama juga turut serta bekerja dalam upaya pemenangan dengan menggalang logistik dan posko-posko pemenangan seperti yang djanjikan oleh Habib Rizieq tersebut.
Pak Prabowo, kemenangan sudah di depan mata, jangan kacaukan.
Hitungan Cerdas & Bijak Pak @prabowo so pastinya akan bersama UAS, PKS & PAN sdh legowo & mndukung UAS,… https://t.co/wO0rECpg8S