SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Ukhty, Akhi… Kemana Hijrahmu?

Ukhty, Akhi… Kemana Hijrahmu?

Hijrah memiliki definisi berpindah, berasal dari bahasa Arab yang artinya meninggalkan. Merujuk pada sejarah Rasulullah, hijrah sendiri adalah kegiatan berpindah yang dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah.

Hijrah sejatinya membawa seseorang dari kegelapan menuju cahaya, hijrah membawa seseorang dari ketidak-tahuan menuju pengetahuan. Membawa seseorang dari perbuatan jahiliyah menuju kepada perbuatan-perbuatan yang positif yang sesuai dengan yang di syariatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui Rasulullah Salallahu alaihi wasalam.

Hijrah yang sesungguhnya merujuk kepada berpindahnya seseorang dari ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan yang jahiliyah menuju kepada ibadah-ibadah yang sesuai dengan Alquran dan Hadits.

Namun sayang sekali, kata ‘Hijrah’ yang sering digaungkan para pemuda-pemudi justru banyak yang hanya bersifat casing semata. Berjenggot, bercelana cingkrang, memakai gamis panjang dan cadar yang seharusnya menjadi suatu syariat justru kini banyak hanya menjadi fashion semata.

Betapa tidak? Kini banyak kita jumpai baik di alam nyata maupun media sosial, foto-foto selfie para akhwat bercadar, foto-foto selfie akhwat yang berjilbab lebar namun wajahnya full dengan make up dan lensa mata warna mencolok, para ikhwan-ikhwan yang sibuk selfie saat kegiatan keagamaan, foto-foto eksis di dalam suatu kajian dan peribadatan, maupin video-video dan vlog-vlog dengan kata-kata bijak disertai kutipan-kutipan hadits dan ayat-ayat alquran, namun hanya sebuah keeksisan di dunia maya saja.

Banyak juga dikalangan ikhwan dan akhwat yang menggaungkan untuk tidak pacaran, namun datang ikhwan abal-abal dengan dalih ingin bertaaruf namun sudah berkhalwat melalui pesan singkat maupun telepon.

Akhlak mulia ditinggalkan, merasa paling benar sendiri, lantas dimana hijrahnya?

Menelan bulat-bulat kajian melalui you tube, segala sesuatu yang tidak sepemahaman dan sepemikiran dianggap sesat, bid’ah dan haram tanpa bertabayun dahulu maupun mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.

Ukhty, Akhi…. Kemana hijrahmu?

Islam datang sebagai rahmatan lil alam, sebagai pembawa kedamaian, tapi mengapa dari perilaku-perilakumu yang katanya telah hijrah, tapi menyakiti orang sekitar dan saudara seakidahmu?

Jikalau kalian ingin berdakwah, maka tunjukkanlah akhlak baikmu. Jika kau ingin di dengar, maka belajarlah mendengarkan. Jikalau ingin meluruskan, belajarlah adab.

Hentikan caci, maki dan nyinyirmu untuk suatu hal yang kau tak tahu ilmunya!

Jikalau kau tahu ilmunya, bukankah Rasulullah selalu menomorsatukan akhlakul karimah?

Boleh jadi ilmu yang kau pelajari dan kau sampaikan itu benar, namun jika perilakumu keras dan kasar, Islam tak pernah mengajarkan demikian!

Islam datang dan tersebar dengan cara baik dan dengan akhlak yang santun. Bukan dengan cacian, makian dan arogansi.

Jangan rusak pakaian syar’imu dengan perilaku burukmu, jangan pula merusak nama islam yang damai dengan arogansi dan kasarmu!

Dan jangan pula merusak hijrahmu dengan sikap-sikap yang tidak patut yang justru merusak kawan-kawan lain yang benar-benar niat berhijrah karena Allah.

Hijrah adalah suatu perjalanan dan pembelajaran hingga akhir hayat, bukan proses instan yang malpraktik.

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al-Mudatstsir: 38)

“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’am: 164)

“Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (QS. Yaasiin 12).

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS.Al-Imran: 159). (HA)

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER