Gaza.- Pasukan Israel menewaskan satu orang Palestina dan melukai sedikitnya 170 pengunjuk rasa di Jalur Gaza. Tujuh lainnya luka parah termasuk seorang pemuda berusia 16 tahun yang ditembak di wajahnya. Demikian laporan Arab News, Sabtu, 12/5/2018.
Penyelenggara pengunjuk rasa, yang disebut “Great March of Return,” mengatakan mereka tetap akan meneruskan aksi bersama puluhan ribu warga Gaza di tenda-tenda perbatasan sampai beberapa hari mendatang.
Sebuah laporan oleh badan amal Save the Children, yang diterbitkan pada hari Jumat, 11/5/2018, mengatakan bahwa sedikitnya 250 anak-anak Gaza telah ditembak dengan peluru tajam selama unjuk rasa. Laporan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Israel dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena tindakannya yang membungkam unjuk rasa. Militer Israel berdalih Jumat, 11/5/2018 bahwa pasukannya membela perbatasan dan “Menembak sesuai dengan aturan internasional”.
Pengunjuk rasa menggunakan “Kekerasan, membakar ban dan melemparkan batu,” katanya. Militer Israel “Tidak akan membiarkan adanya kerusakan infrastruktur keamanan dan akan terus menjaga misinya untuk membela dan menjamin keamanan warga Israel dan kedaulatan Israel, sebagaimana yang diperlukan”.
Jalur Gaza, wilayah dengan 2 juta penduduk, dikuasai oleh Hamas, yang telah berperang tiga kali melawan Israel dalam satu dekade terakhir. Israel dan Mesir sampai hari ini tetap mempertahankan blokade ekonomi untuk Gaza, sehingga tingkat pengangguran di Gaza menjadi tertinggi di dunia dan wilayahnya menjadi jauh lebih miskin dari pada Tepi Barat wilayah Palestina lainnya yang diduduki Israel.
Pemimpin Hamas Yehya Sinwar, Kamis, 10/5/2018 di Gaza, menggambarkan bahwa protes itu sebagai unjuk rasa damai.
“Kami berharap insiden ini akan berlalu tanpa ada penembakan dan adanya yang terluka. Kami berharap pasukan pendudukan untuk bisa menahan diri”.