GWARGASERUJI – Di era milenial saat ini, memfokuskan perhatian kepada generasi menjadi hal penting. Generasi merupakan aset yang berharga dan harus dijaga. Ditangan generasilah tonggak kebangkitan suatu bangsa.
Jika generasi tidak terserang virus yang merusakkan maka menjadi suatu kemustahilan akan membawa kepada kebangkitan. Sebaliknya, jika generasi telah terserang virus yang merusakkan maka dapat membawa kehancuran.
Berbicara persoalan generasi menjadi hal yang bersensasi dan memerlukan solusi. Pasalnya, dari berita yang bersliweran dimedia banyak generasi yang melakukan tindak kriminal. Data yang mencengangkan dan memilukan, banyak generasi yang hamil diluar nikah dan melakukan aborsi. Mirisnya, pelaku banyak dari kalangan siswa/siswi SMP dan SMA.
Selain itu, tindak kekerasan, pembegalan, pemerkosaan, tawuran, pengguna narkoba, pencurian dan prostitusi online banyak dibintangi para pelajar. Melihat kondisi ini, tentu menjadi PR tersendiri untuk mencari solusi. Seolah generasi tidak lagi cerdas dan berkelas.
Dalam acara Silaturahmi Forum Koordinasi Pimpinan Kota (FORKOPIMKO) bersama 500 kepala sekolah seluruh Jakarta Barat, Polres Metro Jakarta Barat memaparkan data keterlibatan anak di bawah umur terhadap praktik kriminal.
Pemaparan tersebut disampaikan oleh Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi, Kamis (14/3/2019).
Adapun dari 141 kasus kriminalitas jalanan, 122 tersangkanya adalah anak di bawah umur. Untuk kasus narkoba, Hengki menuturkan Polres Metro Jakarta Barat bahkan pernah menemukan 128.000 butir obat golongan IV di lingkungan sekolah.
“Obat-obatan ini jika dikonsumsi anak-anak akan membuatnya makin berani, hilang empatinya, dan tak punya rasa menyesal atas perbuatan kriminal yang ia lakukan,” ujar Hengki.
Polres Metro Jakarta Barat juga pernah mengungkap kasus prostitusi online yang melibatkan anak-anak.
“Ada dua grup di media sosial yang separuh membernya anak di bawah umur. Layanannya macam-macam dan menggunakan talent sebanyak 30 wanita, 10 di antaranya adalah siswi SMP dan SMA,” papar Hengki. (KOMPAS.com).
Asas pendidikan yang disajikan kepada para terdidik saat ini adalah sekulerisme. Pada asas ini, terpisahkan antara aturan agama dengan kehidupan. Dari asas ini, peran agama hanya di tempat-tempat ibadah saja. Dalam hal bertingkah laku, aturan yang digunakan berasal dari manusia.
Dengan asas sekulerisme menjadi suatu kewajaran jika generasi dalam meraih pendidikan diukur dengan nilai dan kelulusan. Ketika mereka berbuat tidak menghadirkan agama, melainkan menghadirkan kesenangan. Sehingga dari asas ini dapat melahirkan krisis ahlak, karena perbuatan baik dan buruk hanya diukur menurut manusia.
Dari asas pendidikan sekuler, juga dapat melahirkan pendidikan yang sarat dengan kepentingan dan keuntungan pihak tertentu. Sehingga penyajian pendidikn tidak maksimal dalam melahirkan generasi yang cerdas dan berkelas.
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Ellen Setiadi menyampaikan revisi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dilakukan guna menarik investor masuk. Pasalnya saat ini sudah ada 12 KEK yang beroperasi namun masih dinilai kurang kinerjanya.
Ellen Setiadi juga menjelaskan nantinya revisi juga membahas untuk pajak orang pribadi luar negeri seperti dosen asing. Pihaknya pun masih menghitung perpajakannya agar tidak merugikan di waktu depan.
“Orang pribadi luar negeri ini kan beda-beda, kalau misalnya KEK pendidikan, dosen asing bisa mengajar di Indonesia. Kita lihat dan akan kita kaji pajak penghasilannya seperti apa soalnya kan ini pakai devisa. Sama seperti kesehatan juga, orang sakit ke luar negeri biasanya nah kita pindahkan pelakunya ke dalam negeri,” ujar Ellen. (Detikfinance).
Islam memberikan perhatian besar kepada generasi sejak dini. Pendidikan dini akan menjadi penentu kualitas generasi. Pendidikan dini diawali dari keluarga, sehingga keluarga menjadi sekolah pertama bagi generasi. Aktivitas yang dilakukan diantaranya:
Pertama, menyajikan pendidikan berbasis akidah.
Penanaman akidah harus benar-benar mapan dan kokoh, sehingga generasi merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah dalam berbuat. Dari sini, generasi tidak akan serampangan dalam bertingkah laku. Karena mereka akan melihat rambu-rambu dari Allah.
Kedua, mewujudkan kehidupan yang Bersih.
Kehidupan yang bersih tidak hanya diwujudkan oleh keluarga tetapi juga harus diwujudkan oleh masyarakat dan negara. Kehidupan masyarakat dan negara yang bersih sangat berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian generasi muda.
Dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, generasi akan jauh dari hura-hura, dugem, pacaran dan kehidupan hedonistik lainnya. Mereka tidak akan mengkonsumsi miras, atau narkoba sebagai penghilang stres atau sebagai pelarian. Karena ketika mereka mempunyai masalah mereka akan memakai solusi dari Allah.
Ketiga, mewujudkan generasi sibuk dalam Ketaatan.
Agar generasi menyibukkan diri mereka dalam ketaatan harus ditopang kerjasama antara keluarga, masyarakat dan negara. Berbagai tayangan, tontonan atau acara yang bisa menyibukkan masyarakat dalam kebatilan harus dihentikan, agar generasi tidak ikut-ikutan. Hal ini dapat terwujud dengan adanya sinergi dikalangan masyarakat.
Peran negara membentuk generasi dalam ketaatan tidak boleh ditinggalkan. Negara menjadi pihak penting dalam memberikan fasilitas kepada generasi muda agar mereka tidak menyibukkan diri dalam kemaksiatan. Misalnya, negara menyediakan perpustakaan dan buku-buku bacaan bermanfaat agar generasi sibuk membaca. Selain itu, negara juga memfasilitasi pendidikan yang memadai sehingga generasi dapat berkarya.
Keberhasilan pendidikan seperti ini terlihat pada generasi Islam masa lalu. Seperti Usamah bin Zaid, saat berusia 18 tahun menjadi pemimpin pasukan yang anggota nya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar. Selain itu ada Zaid bin Tsabit, usia 13 tahun menjadi penulis wahyu dan dalam 17 malam mampu menguasai bahasa suryani sehingga menjadi penerjemah Rasulullah. Masih banyak lagi generasi cerdas dan berkelas di era Islam.
Dengan pendidikan yang berbasis akidah tidak diragukan lagi dapat mewujudkan generasi yang cerdas dan berkelas yang menjadi impian.