Al Quran diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk hidup, sekaligus pembeda (Furqon). Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, dan pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang ingkar. Orang yang beriman akan mengikuti perintah Allah yang tercantum dalam Al Quran, sedang orang yang ingkar akan mendustakannya.
Untuk bisa memahami Al Quran, memerlukan penafsiran. Arti bahasa kata tafsir berarti menyingkap sesuatu yang tertutup. Sedangkan arti secara istilah berarti “penjelasan makna-makna yang dikandung oleh Al Quran”.
Barangsiapa merujuk Al Quran dan Assunnah, maka ia tidak tersesat, asalkan cara merujuknya juga benar. Bukankah ayat-ayat Allah diturunkan untuk membuat sebagian manusia mendapat petunjuk dan sebagian lainnya tersesat?*
*Allah menunjuki sebagian manusia berdasarkan kebaikan-Nya, dan menyesatkan yang lain berdasarkan KeadilanNya.”
——00000——
Semua hal di atas menegaskan bahwa diperlukan ilmu tafsir agar tidak salah dalam memahami ayat-ayat Allah. Hanya saja, karena ilmu menafsirkan Quran termasuk cukup berat bagi sebagian besar orang, maka cukuplah bagi para pemula untuk mengetahui dasar-dasarnya yang perlu dimengerti dan serahkan sebagian lainnya kepada para pakar. Cukup dengan memahami landasan apa yang digunakan oleh para pakar tersebut.
Namun, jika mampu, sangat baik bila secara tekun mempelajarinya sebagai persiapan menjadi, atau minimal mengerti metode para mufassir (penafsir) Al Quran*. Sekali lagi, jika mampu memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
*Dasar ilmu Tafsir paling tidak membuat kita dapat memahami kaedah-kaedah yg dipakai oleh para ahli tafsir dalam menjelaskan makna Al Quran.
—–00000—–
Terkait dengan tersesatnya sebagian manusia karena Al Quran, telah nyata terjadi. Bahkan, para musuh Islam bersungguh-sungguh mencari celah agar umat Islam terjebak dalam penafsiran yang keliru terhadap Al Quran. Contohnya apa yang dilakukan sekelompok orang yang menamai diri Islam Liberal.
Dengan dalih kemajuan ilmu pengetahuan, mereka mencoba menafsirkan Al Quran untuk mengaburkan pemahaman umat terhadap makna Al Quran agar menyimpang dari pemahaman generasi Islam awal. Salah satu contohnya, mereka menggunakan metode hermeneutika, sebuah metode untuk memahami teks-teks kitab kuno zaman dahulu. Metode ini meneliti kitab dengan asumsi sebagai karangan manusia yang berhak dikritisi, sehingga jelas merupakan penyimpangan bila digunakan untuk menafsirkan Al Quran.
Sedangkan kaum orientalis juga mencoba membuat penafsiran-penafsiran ayat-ayat Al Quran dengan tujuan agar menjauhkan umat dari ketaatan kepada Allah, paling tidak demikian. Lebih jauh, mereka berharap agar umat Islam murtad dari agamanya.
Maka, ilmu tafsir mutlak dipelajari, agar umat tidak mudah tertipu. Tidak harus secara ketat untuk memenuhi Syarat syaratnya, jika tujuannya sekedar untuk memahami global makna yg dikandung oleh Al Quran, cukup memahami garis besarnya sehingga bisa memilah mana kitab-kitab tafsir yang benar dan tidak menyimpang, kemudian dipelajari dan diamalkan.
Catatan. Artikel ini telah ditas-hih oleh Ustadz Kamaluddin Nasution, M.H.I, dengan beberapa tambahan dari beliau ditunjukkan dengan huruf tebal.